Mohon tunggu...
Hamdani Lubis
Hamdani Lubis Mohon Tunggu... Dosen - Staf pengajar di Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta

Minat di bidang Ekonomi Islam, agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Sepanjang Hayat

21 Oktober 2020   07:50 Diperbarui: 21 Oktober 2020   07:54 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia diprediksi menjadi Negara maju pada tahun 2045, ketika Indonesia memasuki usia 100 tahun. Usia yang masih muda bila dibandingkan dengan Negara Sebesar Amerika, Rusia dan Arab Saudi. Namun, tekat dan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 45 sudah bulat yakni metatancerdaskan kehidupan bangsa dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sungguh cita-cita yang luhur dan sangat filosofis bagi generasi muda. Para leluhur dan pejuang bangsa Indonesia telah meletakan pondasi yang amat kuat agar generasi bangsa tetap maju dan sejajar dengan bangsa lain. Sebagai generasi muda, yang pernah ikut berjuang di era reformasi 1998, kami berkeyakinan bahwa impian menjadi Negara maju akan segera terwujud.

Salah satu indikasi Negara maju bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan yang merata bagi rakyat, pendapatan ekonomi rakyat semakin meningkat, pengguna tekhnologi yang tinggi, dan melek (literasi) sepanjang hayat untuk peradaban. Literasi yang dimaksud adalah suka membaca, suka menulis dan tidak ingkar terhadap sejarah bangsa.

Generasi Mellenial ini, boleh dikatakan sebagai generasi emas bangsa Indonesia. Menurut data Unicep, 80 Persen rakyat Indonesia sudah mengenyam pendidikan sarjana. 20 pendidikan SD-SMA. Bahkan, anak muda yang berusia 30-40 tahun sudah bergelar magister. Artinya, tahun 2024, Indonesia akan memasuki usia produktif dengan jumlah sarjana paling banyak di dunia.

Ceo Markplus Indonesia, Hermawan Kertajaya memperdiksi, tahun 2024, ekonomi Indonesia akan menjadi nomor 5 di dunia, dengan pendapatan 60-70 Persen dari PDB Indonesia. Dari jumlah tersebut, ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh Kekuatan Usaha mikro kecil dan Menengah. UMKM tersebut akan menggunakan perangkat tekhnologi media dengan jangkauan terbesar di dunia.

Mengutip perkataan Hermawan Kertajaya, generasi bangsa Indonesia bisa maju, jika generasi emas ini bisa menggunakan media sosial sebagai media literasi. Rakyatnya suka membaca dan menulis, bukan menyebarkan hoax dan bully. Rakyatnya dituntut untuk menghasilkan karya, produktif dan inovatif.  Setiap manusia Indonesia harus produktif dan berkarya. Itulah yang dimaksud  menuslis sepanjang hayat. 

Dalam sebuah hadist Nabi Saw dijelaskan, bahwa belajar itu mulai dari kecil sampai wafat.  Artinya pembelajaran itu sepanjang hayat, begitu juga membaca dan menulis itu sepanjang hayat. Mereka yang bisa menggunakan waktunya untuk membaca dan menulis selama hidupnya, insya Allah mereka termasuk orang-orang shaleh. Mereka menyebarkan ilmu dan mengajar ilmu-nya kepada generasi setelahnya.

Kenapa harus Literasi? 

Allah Swt sang Khaliq mengajarkan kepada hamba-nya untuk membaca dan menyalin bacaan ke dalam buku agar bisa diajarkan. Al-quran bisa tersebar sampai sekarang, karena ditulis dan dibukukan (cetak). Hal ini penting, tanpa kitab-buku pegangan, manusia tidak bisa memahami dan mengetahui isi alam. Juga, untuk pelajaran dan pembelajaran bagi orang lain.

"Aku tinggalkan bagi umatku dua perkara, yakni Al-quran dan sunah Nabi. Agar dijadikan pegangan". Pesan penting dari sabda Rasulullah Saw yang memberikan gambaran konret kepada kita betapa pentingnya menulis buku agar menjadi membacaan (pedoman) bagi orang lain. Namun, tidak banyak dari kita yang bisa menulis dan meninggal warisan ilmu atau buku untuk generasi anak cucu.

Pakar pendidikan menyatakan, perlu ada dorongan dan pelatihan khusus agar menulis itu bisa sukses. Pelatihan yang dimaksud adalah melatih mental dan spiritual agar muncul kreatifitas dan kesadaran bahwa menulis - menyebarkan ilmu pengetahuan adalah pekerjaan mulia. Untuk itulah, perlu memberikan ketauladan yang baik (uswah hasanah) dan kesungguhan dalam bertindak.

Untuk membudayakan menulis, memang harus ada dorongan dalam diri kita yang saya sebut spiritual literasi. Seorang guru hanya melakukan transfer ilmu (knowled), selebihnya muridlah yang berlatih. Apalagi murid ingin dinyatakan lulus oleh sang guru, maka perbanyaklah berlatih. Tidak ada metode yang canggih, kecuali berlatih dan membiasakan diri dalam berbuat kebaikan.     

Tokoh pres, Dahlan Iskan, menyatakan tidak ada keberhasilan yang tidak dilalui dengan kerja keras dan proses. Menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri kita perlu latihan, termasuk untuk mencapai predikat ketaqwaan dan ihlas. Proses itu adalah cara Allah agar manusia tidak sombong dan tidak syirik dalam mencapai keberhasilan.

Masih kata Dahlan iskan, seseorang yang terjun dalam dunia jurnalistik atau literasi harus mengenal rukun iman. Pertama, dia harus memegang teguh dan yakin bahwa pekerjaan literasi akan membuahkan hasil (profit). Kedua, setiap kali ada ide dan peristiwa yang layak ditulis, maka harus segera ditulis. Ketiga, semua orang punya ide, tetapi sedikit yang bisa ditransfer menjadi tulisan. Keempat, memilah tulisan literasi, semisal artikel untuk buku, artikel fiksi, artikel humor dan lainnya. Kelima, penggiat literasi harus mengedepankan transfer knowled. Kita harus memperbanyak generasi yang bisa menulis untuk hal-hal yang baik. fastabil khairat. (@)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun