Indonesia diprediksi menjadi Negara maju pada tahun 2045, ketika Indonesia memasuki usia 100 tahun. Usia yang masih muda bila dibandingkan dengan Negara Sebesar Amerika, Rusia dan Arab Saudi. Namun, tekat dan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 45 sudah bulat yakni metatancerdaskan kehidupan bangsa dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sungguh cita-cita yang luhur dan sangat filosofis bagi generasi muda. Para leluhur dan pejuang bangsa Indonesia telah meletakan pondasi yang amat kuat agar generasi bangsa tetap maju dan sejajar dengan bangsa lain. Sebagai generasi muda, yang pernah ikut berjuang di era reformasi 1998, kami berkeyakinan bahwa impian menjadi Negara maju akan segera terwujud.
Salah satu indikasi Negara maju bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan yang merata bagi rakyat, pendapatan ekonomi rakyat semakin meningkat, pengguna tekhnologi yang tinggi, dan melek (literasi) sepanjang hayat untuk peradaban. Literasi yang dimaksud adalah suka membaca, suka menulis dan tidak ingkar terhadap sejarah bangsa.
Generasi Mellenial ini, boleh dikatakan sebagai generasi emas bangsa Indonesia. Menurut data Unicep, 80 Persen rakyat Indonesia sudah mengenyam pendidikan sarjana. 20 pendidikan SD-SMA. Bahkan, anak muda yang berusia 30-40 tahun sudah bergelar magister. Artinya, tahun 2024, Indonesia akan memasuki usia produktif dengan jumlah sarjana paling banyak di dunia.
Ceo Markplus Indonesia, Hermawan Kertajaya memperdiksi, tahun 2024, ekonomi Indonesia akan menjadi nomor 5 di dunia, dengan pendapatan 60-70 Persen dari PDB Indonesia. Dari jumlah tersebut, ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh Kekuatan Usaha mikro kecil dan Menengah. UMKM tersebut akan menggunakan perangkat tekhnologi media dengan jangkauan terbesar di dunia.
Mengutip perkataan Hermawan Kertajaya, generasi bangsa Indonesia bisa maju, jika generasi emas ini bisa menggunakan media sosial sebagai media literasi. Rakyatnya suka membaca dan menulis, bukan menyebarkan hoax dan bully. Rakyatnya dituntut untuk menghasilkan karya, produktif dan inovatif.  Setiap manusia Indonesia harus produktif dan berkarya. Itulah yang dimaksud  menuslis sepanjang hayat.Â
Dalam sebuah hadist Nabi Saw dijelaskan, bahwa belajar itu mulai dari kecil sampai wafat. Â Artinya pembelajaran itu sepanjang hayat, begitu juga membaca dan menulis itu sepanjang hayat. Mereka yang bisa menggunakan waktunya untuk membaca dan menulis selama hidupnya, insya Allah mereka termasuk orang-orang shaleh. Mereka menyebarkan ilmu dan mengajar ilmu-nya kepada generasi setelahnya.
Kenapa harus Literasi?Â
Allah Swt sang Khaliq mengajarkan kepada hamba-nya untuk membaca dan menyalin bacaan ke dalam buku agar bisa diajarkan. Al-quran bisa tersebar sampai sekarang, karena ditulis dan dibukukan (cetak). Hal ini penting, tanpa kitab-buku pegangan, manusia tidak bisa memahami dan mengetahui isi alam. Juga, untuk pelajaran dan pembelajaran bagi orang lain.
"Aku tinggalkan bagi umatku dua perkara, yakni Al-quran dan sunah Nabi. Agar dijadikan pegangan". Pesan penting dari sabda Rasulullah Saw yang memberikan gambaran konret kepada kita betapa pentingnya menulis buku agar menjadi membacaan (pedoman) bagi orang lain. Namun, tidak banyak dari kita yang bisa menulis dan meninggal warisan ilmu atau buku untuk generasi anak cucu.
Pakar pendidikan menyatakan, perlu ada dorongan dan pelatihan khusus agar menulis itu bisa sukses. Pelatihan yang dimaksud adalah melatih mental dan spiritual agar muncul kreatifitas dan kesadaran bahwa menulis - menyebarkan ilmu pengetahuan adalah pekerjaan mulia. Untuk itulah, perlu memberikan ketauladan yang baik (uswah hasanah) dan kesungguhan dalam bertindak.