"September awal, Elsa pulang. Beberapa hari pertama, sikap masih baik. Tapi memang aku sudah prediksi, dia akan berubah sikap ke settingan pabrik. Kembali jutek, judes, merasa diri benar sendiri, merasa bisa apa pun, dan merasa tidak butuh bantuan orang lain, apalagi bantuanku.
"Apalagi setelah dia mengatakan soal "tidak ada inisiatif" dari saudara-saudaranya yang laki-laki dan masalah debu di perabotan. Seakan aku tidak berbuat apa-apa untuk menjaga kebersihan rumah.
"Kenapa aku jadi bodoh sekali? Ngapain aja selama tujuh bulan terakhir? Kalau tahu seperti ini, aku tidak mau tinggal di rumah Susan. Segala kebaikan, perjuanganku untuk rumah ini tidak dihargai sedikit pun. Keburukanku yang malah disoal...," Michael mengakhiri keluh kesahnya.
Mengapa Michael kecewa?
Kecewa. Satu kata yang bisa menyimpulkan segala keluh kesah Michael. Setelah tujuh bulan menjaga dan merawat rumah Susan, Elsa tidak melihat pengorbanan yang sudah Michael lakukan. Tidak ada kata pujian yang keluar. Seakan semua yang Michael lakukan salah adanya.
Saya bisa mengerti perasaan Michael. I feel you, bro! Sebagai anak bungsu dalam keluarga, memang sangat tidak mudah. Stigma "Anak Mama" melekat pada jidat.Â
Manja, tidak bisa apa-apa, cengeng, tidak mandiri, dan seabrek predikat lainnya.
Michael sudah berupaya semaksimal yang dia bisa. "Kebaikan" yang sudah dia tebarkan tidak menghasilkan pujian yang sepantasnya dia dapatkan.Â
Mungkin kalau bisa diibaratkan, seperti ibarat "Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga". Kebanyakan orang lebih mudah mengingat "secuil" keburukan seorang insan daripada "segambreng" kebaikan insan tersebut.
Dunia memang tidak adil. Terkadang kita melihat, orang-orang yang melakukan kejahatan malah menjadi kaya dan berjaya; tapi orang-orang yang berkelakuan baik dan jujur malah diperlakukan tidak sepatutnya.
Bagaimana Michael harus bersikap dan bertindak?
Memang tidak mudah dalam memutuskan apakah berhenti berbuat kebaikan atau tetap terus menjalankan. Karena sebaik apa pun kita, kalau orang tersebut sudah antipati pada kita, apa pun yang kita lakukan selalu salah di matanya. Yang benar jadi salah. Yang salah jadi tambah salah.
Memang susah mengambil keputusan, namun kita harus tetap percaya akan keadilan yang akan kita terima setelah berbuat kebaikan.