Terlihat dari memperlakukan gawai sebagai pusat bermain gim daring dan pusat hiburan dibanding membaca buku elektronik.
Dan parahnya, minimnya minat baca berimbas pada wawasan dan pengetahuan sang insan.
Tidak terbilang banyak selebritas sampai yang terbaru, seorang pejabat publik, yang "keseleo" lidah, sehingga menjadi viral di dunia maya.Â
Apakah mereka tidak sengaja "terpeleset" atau karena wawasan dan pengetahuan yang sangat kurang?
Titel sarjana sampai doktor tidak menjamin keluasan wawasan dan pengetahuan seseorang. Karena terkadang gelar didapat dengan cara yang tidak benar.
Kalaupun sudah benar dalam memperoleh, kebanyakan hanya sampai mendapatkan gelar saja. Sesudah itu, wawasan dan pengetahuan stagnan. Tidak ada upaya untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan lebih lagi.Â
Terlihat dari jawaban. Apabila sang insan lama memikirkan judul buku apa yang terakhir dia baca sampai tuntas, berarti dia sudah lama tidak membaca buku.
Atau kalau menyebutkan judul buku sulit, kita permudah dengan pertanyaan, "Buku terakhir yang kau baca tuntas itu mengulas tentang apa?"
Kalau yang ini juga tidak bisa menjelaskan, jadi jelas Fix No Debat! Dia sudah lama tidak membaca buku, sampai-sampai buku terakhir yang dia tuntas membaca sekalipun tidak dia ingat sama sekali judul dan isinya.
Ngomong dulu, mikir...
Yah, budaya lisan lebih mengakar daripada budaya baca dan tulis. Begitulah yang lazim membudaya di negeri +62.
Saya teringat kepada seorang kenalan yang pernah berkata, "Kalau ada yang rasa ganjal di hati, saya langsung utarakan..."