Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Apa Buku Terakhir yang Anda Baca?

9 Desember 2024   14:22 Diperbarui: 9 Desember 2024   23:14 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlihat dari memperlakukan gawai sebagai pusat bermain gim daring dan pusat hiburan dibanding membaca buku elektronik.

Dan parahnya, minimnya minat baca berimbas pada wawasan dan pengetahuan sang insan.

Tidak terbilang banyak selebritas sampai yang terbaru, seorang pejabat publik, yang "keseleo" lidah, sehingga menjadi viral di dunia maya. 

Apakah mereka tidak sengaja "terpeleset" atau karena wawasan dan pengetahuan yang sangat kurang?

Titel sarjana sampai doktor tidak menjamin keluasan wawasan dan pengetahuan seseorang. Karena terkadang gelar didapat dengan cara yang tidak benar.

Kalaupun sudah benar dalam memperoleh, kebanyakan hanya sampai mendapatkan gelar saja. Sesudah itu, wawasan dan pengetahuan stagnan. Tidak ada upaya untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan lebih lagi. 

Terlihat dari jawaban. Apabila sang insan lama memikirkan judul buku apa yang terakhir dia baca sampai tuntas, berarti dia sudah lama tidak membaca buku.

Atau kalau menyebutkan judul buku sulit, kita permudah dengan pertanyaan, "Buku terakhir yang kau baca tuntas itu mengulas tentang apa?"

Kalau yang ini juga tidak bisa menjelaskan, jadi jelas Fix No Debat! Dia sudah lama tidak membaca buku, sampai-sampai buku terakhir yang dia tuntas membaca sekalipun tidak dia ingat sama sekali judul dan isinya.

Ngomong dulu, mikir...

Yah, budaya lisan lebih mengakar daripada budaya baca dan tulis. Begitulah yang lazim membudaya di negeri +62.

Saya teringat kepada seorang kenalan yang pernah berkata, "Kalau ada yang rasa ganjal di hati, saya langsung utarakan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun