Yah, memang susah menggambarkan perusahaan pemerintah yang ideal karena "penyakit" mereka sudah mendarah daging yaitu suka lelet, lemot, lambat dalam pelayanan kepada warga.
Menunggu. Pekerjaan yang paling membosankan terpaksa harus Ella jalani. Karena ketidakpastian, Ella memutuskan untuk membeli keran air untuk dipasang di kamar mandi.
"Aku pergi sebentar, Ton. Mau beli keran untuk di kamar mandi. Hape kutinggal ya. Biar kamu balas WA orangnya nanti," kata Ella.
Sepeda motor Ella terdengar menjauh dan saya menggantikan posisinya. Menunggu tanpa kepastian yang jelas. Tapi saya tidak bisa protes. Mau protes sama Ella, ya jelas bukan salahnya dia. Mau mencak-mencak ke Ardi atau Leo, ya untuk apa? Mereka juga pegawai biasa yang, saya yakin, terpaksa mengerjakan pekerjaan ini.Â
Ndilalah, sampai Ella pulang sehabis membeli keran untuk kamar mandi, petugas Leo belum juga kelihatan batang hidungnya. Jangankan penampakan body, pesan WA 'lagi otw' aja juga gak ada.Â
Ah, memang jagonya PHP kalau bicara tentang pegawai pemerintah. Memang tidak semuanya seperti itu, tapi kebanyakan ya kayak itu...
Tunggu punya tunggu, sampai pukul 13.00 WITA belum juga ada berita. Tiba-tiba, Ardi menelepon, menanyakan tentang Leo yang sudah datang atau belum. Karena Ella mengatakan belum, Ardi mengonfirmasi kalau dia yang akan datang ke rumah Ella.
"Yaelah, gimana koordinasi mereka sih," gerutu saya dalam hati setelah mengetahui dari Ella tentang telepon dari Ardi.
Leo dan "Mbah" Ben (Leo memanggil "Mbah" pada Ben) datang pada pukul 13.30 WITA. Keputusan sudah final saat melihat kondisi keran meteran air.Â
Mereka harus "membetel" alias harus menghancurkan semen yang "membalut" meteran air, keran meteran, dan pipa-pipa yang ada di sekeliling meteran.
Dengan terbebasnya meteran, keran meteran, dan pipa-pipa di sekeliling, mereka dapat leluasa mengganti keran meteran dengan yang baru dan juga mengganti pipa-pipa yang rusak dengan yang baru pula.