Memang beda kalau bertemu dengan orang baru. Selalu ada cerita menarik, lain dari yang lain. Apalagi kalau menyangkut profesi idaman di masa kanak-kanak doeloe yang tidak bisa kesampaian. Bisa menyedot perhatian sampai lupa waktu pulang.
Hari Rabu malam, 6 November 2024, saya terpaksa (lagi) makan malam secara sederhana. Yah, masih mending bisa makan fried chicken daripada mungkin ada yang tidak punya uang untuk membeli makanan. Disyukuri saja.
"Seperti biasa, bos," ujar saya pada sang juragan warung merangkap waiter. Apa bagian ayam favorit? Tentu saja, dada ayam. Mental kebanyakan anak indekos masih berada dalam diri. Yang penting dagingnya banyak. Nasi harapannya juga banyak, namun sayang, seperti kebanyakan warung ayam goreng, porsi nasi hanya seukuran mangkuk kecil mungil (sudah tahu ukurannya kan?).
Sempat merasa bosan setelah makan, karena biasanya ada dua konco lagi yang menyusul datang sehingga bisa mengobrol ngalor-ngidul. Sayangnya, A dan B tidak muncul. Eh salah. A sudah datang duluan, tapi lekas pergi lagi, karena ada urusan. Untungnya (bagi saya), A mentraktir saya malam itu.Â
"Lagi ulang tahun," ujar sang juragan warung ayam goreng.
"Ya, ulang tahun terus tiap hari," sembari tertawa A menyambut kelakar juragan fried chicken.
A berlalu. B tidak memunculkan batang hidungnya.
"Mungkin lagi tugas ke luar daerah," begitu kata S, juragan yang sedang mengepulkan asap rokok dengan nikmatnya.
Yah, bisa dibilang, malam tersebut garing karena personel yang kurang, dan S sibuk dengan ponsel pintarnya.
Tetiba datang seorang lelaki berambut gondrong sebahu yang dengan cepatnya berkata kepada S, "Biasa, Om, ayam geprek dada. Minum teh es," ujarnya dengan cepat, sambil duduk di kursi di depan meja yang posisinya di sebelah meja saya.
"Makan di sini kah, R?"