Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memilih Instrumentalia

11 Agustus 2024   16:02 Diperbarui: 11 Agustus 2024   18:19 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik.com via kompas.com)

Bicara tentang bermain musik, memang hanya sekadar hiburan bagi saya. Tidak serius. Tidak ada keinginan untuk menjadi pemusik profesional.

Gitar menjadi instrumen musik pilihan saya. Alasan praktis dibawa kemana-mana dan harga yang terbilang terjangkau oleh dompet yang menjadi alasan utama.

Mengunggah ke media sosial seperti YouTube pun hanya sekadar menjadi album video kenangan, karena tidak ada yang tahu sampai kapan hidup ini akan berlangsung.

Saya hanya memainkan gitar secara tunggal atau solo. Istilahnya klasik atau terminologi kekinian sekarang ini adalah fingerstyle. Perpaduan antara melodi dan bas, membentuk harmoni yang, saya harap, cukup 'seiring sejalan'.

Saya tidak mengharapkan apa-apa dari YouTube saya tersebut. Saya tahu diri dengan kemampuan bermain gitar saya yang masih pas-pasan. 

Berbagai komentar singgah, mulai dari yang mencaci sampai memuji. Semua itu tidak memusingkan saya. Biasa saja.

Komentar dari sekian banyak netizen anonim tersebut tidak menjadi persoalan. Justru berbagai komentar dari orang-orang yang dikenal alias teman yang agak sedikit 'mengganggu'.

'Mengganggu' dalam segi apa?

Misalnya, memberi saran, mulai dari perihal pakaian, background atau latar di belakang saya, pengambilan video, kelengkapan peralatan perekaman, dan lain sebagainya.

Saya sih tidak terlalu ambil pusing dengan tetek bengek semua itu. Saya biarkan berlalu.

Namun di antara semua konco tadi, ada seorang sohib yang mengusulkan sesuatu yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. 

W, seorang teman akrab yang sekarang sudah berdomisili di kota lain menganjurkan hal yang berbeda, yang tidak pernah terbesit dalam pikiran saya.

Apa saran dari W?

Dia menyarankan saya untuk juga menyanyi, bukan hanya bermain gitar secara tunggal.

"Pasti keren kalau sambil nyanyi," ujar W.

Menurut saya, pandangan W sangat jauh berbeda dari pemikiran saya.

Ada dua pandangan W yang 'mengganggu'. 

Pandangan Pertama, Dia yakin suara saya merdu.

Fakta: Saya tak berpikir begitu. Saya tidak pernah belajar olah vokal secara formal sebelumnya. Lagipula, tidak ada yang pernah bertepuk tangan atau memuji setelah saya selesai menyanyi dalam pengalaman di masa silam.

Jadi keyakinan W tidak terbukti dalam kenyataan.

Pandangan Kedua, Dia yakin akan banyak yang menonton video saya jika saya bermain gitar sambil menyanyi

Fakta: Saya rasa W "mainnya kurang jauh". Sudah banyak pemain gitar yang handal seperti Jubing Kristianto, Tohpati, Dewa Budjana, dan lain-lain, yang meskipun main gitar secara tunggal, namun banyak yang menonton permainan gitar mereka.

Sedangkan bermain gitar saja saya kurang mahir, apalagi menyanyi. Bukan sekadar buka mulut mengeluarkan suara. Mengolah vokal ada tekniknya. Tidak bisa sembarangan.

Bagaimana saya menyikapi berbagai masukan tersebut?

Bukan hanya W. Beberapa warganet juga memberikan masukan yang serupa.

Dalam menyikapi semua masukan tersebut, ada tiga langkah yang saya ambil:

1. Saya tetap dengan kebiasaan saya untuk main gitar secara instrumental

Saya tidak menanggapi terlalu mendalam tentang berbagai masukan tersebut. Karena hidup ini begitu singkat. Saya ingin melakukan apa yang saya suka, bukan apa yang orang lain suka. 

Mungkin terkesan egois atau mementingkan diri sendiri, tetapi memang pada dasarnya, setiap kepala mempunyai pendapat yang berbeda. 

Kalau saya harus memenuhi semua keinginan warganet, tentu mustahil terjadi. Saya tidak akan mungkin memuaskan semua orang. 

Oleh karena itu, saya ingin menjadi diri saya sendiri. Saya ingin menikmati permainan gitar dengan cara saya sendiri. 

Bagi saya pribadi, instrumentalia membuat saya tenang dan saya bisa lebih fokus dalam mengerjakan apa pun. Dan juga, waktu berbincang dengan seseorang, instrumentalia menyegarkan suasana dan membuat percakapan tetap mengalir. Tentu saja, opini ini subjektif menurut perasaan saya. 

Dan istimewanya lagi, tanpa mengetahui judul lagu, setiap orang akan menginterpretasikan makna lagu tersebut sesuai apa yang mereka rasakan. 

Karena mereka hanya mendengarkan lagu tersebut tanpa lirik. Dengan hanya mendengarkan untaian nada tanpa kata, setiap insan menginterpretasikan lagu sesuai persepsi masing-masing.

Berbeda dengan lagu yang ada liriknya. Makna lagu sudah "dikunci" sesuai lirik lagu.

Dengan begitu, saya tetap dengan kebiasaan yang memang saya sukai: bermain gitar secara solo atau tunggal. 

2. Tetap berusaha untuk belajar bermain gitar dengan lebih baik dari sumber-sumber lain

Saya tidak pernah mendapat pendidikan formal untuk mempelajari cara bermain gitar, baik itu klasik maupun cara memainkan gitar secara umum yaitu digenjreng atau strumming.

Saya ingin mempelajari gitar klasik secara khusus, tapi saya tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut saat masih bersekolah di tingkat dasar dan menengah karena di masa itu, di kota saya tidak ada kursus musik yang mengajar gitar klasik.

Ketika saya berusia dini dan remaja, serta saat berkuliah dan memasuki dunia kerja, bermain gitar hanya sebatas hobi dan pelengkap saat mengajar lagu bahasa Inggris di Sekolah Dasar. 

Tapi sedikit demi sedikit, dengan bertambah majunya teknologi informasi, semakin mudah memperoleh bahan belajar bermain gitar, sehingga saya dapat mengembangkan keterampilan bermain gitar.

Apalagi ada juga guru-guru gitar yang menyediakan kursus gitar secara online atau menjual seri video pembelajaran cara bermain gitar. Itu sangatlah membantu bagi saya yang tidak ada waktu untuk mengikuti les gitar secara tatap muka langsung.

Pokoknya, sekarang tidak ada alasan untuk tidak bisa belajar, karena dengan adanya internet, semua orang punya kesempatan yang sama untuk maju dan berhasil. 

3. Tetap berusaha konsisten berkarya dengan video yang dibagikan di media sosial

Pada awalnya saya hanya bermain gitar secara biasa. Tidak ada target atau sasaran tertentu dalam bermain gitar. 

Mengalir saja. Begitulah kira-kira pikiran saat itu. 

Tidak ada paksaan. Tidak ada aturan. Tidak ada evaluasi seperti ujian di akhir semester. 

Sayangnya, alur ini jadi terasa membosankan. Hanya main dan main gitar, tidak ada karya yang terlihat nyata dan abadi. 

Tidak ada hasil. 

Tiga kata ini yang muncul di benak. Ibarat musisi, masak tidak menelurkan karya. 

Dalam hal ini, video musik yang menjadi sasaran hasil akhir. Seperti halnya menelurkan karya tulis di Kompasiana, ada rasa puas setelah selesai menuntaskan satu artikel, apalagi ditambah label Pilihan atau Artikel Utama, senangnya double (Apalagi dapat K-Rewards gede, riangnya triple).

Oleh karena itu, mengunggah video di YouTube seperti kebiasaan menulis. Ada tolak ukur bahwa produktivitas itu ada fakta (berupa video) dan data (jumlah video yang diproduksi).

Dengan begitu, selalu ada tantangan baru setiap saat. Menguasai lagu-lagu yang tertera dalam daftar target lagu fingerstyle dan kalau sudah dikuasai dan tercipta videonya, rasa senang tiba, dan ingin menuntaskan tantangan selanjutnya.

Pencapaian memang berarti banyak karena memotivasi untuk terus konsisten berkarya.

Pada akhirnya...

Pada akhirnya, apapun komentar orang, saya akan tetap dengan cara saya. My way. Memilih instrumentalia dan berusaha konsisten dalam berkarya selama hayat masih dikandung badan. Selama masih sehat dan mampu bermain gitar.

Kalaupun nanti ada video yang memperlihatkan saya bermain gitar dengan cara strumming dan juga sambil menyanyi, itu lebih karena unsur variasi, tugas, pengalaman belajar gitar dari orang lain, atau hal-hal lainnya.

Instrumentalia tetap yang utama dan semoga Tuhan memberi saya kesempatan yang panjang untuk terus berkarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun