Kembali ke soal penghargaan kepada guru di negara Jepang, seharusnya Indonesia merasa malu memperlakukan para pendidik.
Menyatakan wacana agungnya profesi guru di negeri matahari terbit saat upacara Hari Guru setiap tahunnya di Indonesia seperti pengulangan usang. Tidak perlu dan tidak ada gunanya sama sekali karena perlakuan pemerintah negeri +62 kepada para guru belum memadai dalam banyak hal, tidak seperti perlakuan pemerintah Jepang kepada guru-guru mereka.
Dan yang paling vital adalah penghargaan. Apakah Anda pernah mendengar pemerintah memberikan penghargaan kepada guru-guru berprestasi dan media-media memublikasikannya?
Jujur saja, saya tidak pernah mendengar satu berita pun sejauh saya ingat.
Lebih banyak artis dan para pesohor yang mendapat penghargaan dari pemerintah. Guru? Pemerintah seperti memandang sebelah mata pada profesi ini. Tidak percaya? Lihatlah guru-guru honorer dengan gaji yang hanya ratusan ribu per bulan, ada yang hanya dapat dua ratus atau tiga ratus ribu per bulan selama bertahun-tahun.
Tanggung jawab sama dengan guru-guru ASN, tapi imbalan tidak setara. Tugas menumpuk, mulai dari mempersiapkan kelengkapan administrasi mengajar, full-nya jam mengajar, sampai melakukan pengisian rapor peserta didik. Guru honorer mempunyai kewajiban yang sama, tapi mendapat perlakuan yang berbeda.
Sudah saatnya pemerintah tidak mengumbar "angin surga" terus-menerus kepada para pendidik. Penghargaan dalam bentuk lisan tidak akan menghilangkan rasa lapar dan dahaga para guru.
* * *
Pada akhirnya, pendidikan di Indonesia tidak akan menaik jika pemerintah hanya berkutat dengan retorika.
Naiknya kompetensi guru, baik itu guru ASN maupun Non ASN sangatlah bergantung pada blueprint (cetak biru) kebijakan pemerintah dalam menumbuhkembangkan pendidikan; dan pelaksanaan yang baik, benar, dan tepat sasaran, serta bebas dari korupsi.
Kalau pemerintah benar-benar menjalankan roda pelaksanaan memajukan pendidikan, niscaya para pendidik tidak akan mengalami stagnasi kompetensi. Mereka akan bekerja keras, mengajar dan mendidik peserta didik karena pemerintah peduli pada nasib dan masa depan pendidik beserta keluarganya; dan pemerintah mengejawantahkan impian para pendidik dan bukan sekadar mengumbar slogan kosong.