Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Stagnasi Kompetensi Guru

14 Juni 2024   16:29 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:21 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru (Shutterstock/Masrob via Kompas.com)

Yah beginilah di negeri +62. Ada D, salah seorang guru yang pernah berkata pada saya, "Di Indonesia, peraturan dibuat untuk dilanggar."

Mendengar pernyataan D, sebenarnya kalimatnya sudah tidak asing lagi di telinga saya,

Banyak peraturan di Indonesia tercinta ini, namun sepertinya dari doeloe sampai sekarang, setiap aturan dan undang-undang hanya ada untuk "dibengkokkan" atau malah "dipatahkan".

Saya tidak tahu bagaimana hitam di atas putih aturan-aturan seputar supervisi dituangkan, namun saya rasa tidak mungkin setiap tiga bulan sekali atau setiap enam bulan sekali.

Seorang teman guru, S, yang mengajar di SD swasta menyikapi anehnya "rutinitas" supervisi di sekolah negeri, "Aneh. Kalau di sekolah saya, supervisi diadakan satu kali dalam sebulan. Rutin. Itu pun sudah dibuat jadwal supervisi untuk satu tahun ajaran. Sebelum mulai semester satu, jadwal sudah tersaji."

Memang sangat jarang melihat hal persiapan supervisi yang terencana di sekolah negeri, apalagi rencana supervisi untuk satu tahun ajaran.

Dengan adanya supervisi rutin secara berkala dan teratur, para pendidik akan lebih memperbaiki diri, bukan puas dengan pengalaman bertahun-tahun dalam mengajar.

Zona nyaman karena merasa sudah profesional sebagai pendidik yang ditandai dengan sertifikasi, namun lupa kalau dunia pendidikan selalu berubah.

Supervisi akan menggerakkan pendidik untuk mengembangkan diri dalam proses belajar mengajar sehingga ada variasi dari tahun ke tahun, bukan hanya bertahan pada metode ceramah yang terus digunakan sampai pensiun.

3. Kurangnya kesadaran mengembangkan kapasitas diri

Status Pegawai Negeri Sipil atau sekarang dikenal sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) memang memabukkan. Mulai dari banyaknya tunjangan, gaji yang sudah UMR dan terus naik seiring kenaikan golongan; sampai uang pensiun yang menjadi daya tarik terkuat.

Sayangnya, jaminan amannya jabatan tidak dibarengi oleh kerja keras. Kebanyakan rekan guru yang berpredikat ASN tidak menampilkan kerja keras sewaktu mengajar. Alih-alih rajin, gelagat malas dan jemu yang mereka perlihatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun