Sekali lagi, ini menjadi kebiasaan yang sudah membudaya. Zona aman dan nyaman tanpa gangguan memang menjadi privilege ASN.
Otomatis upgrade golongan dan gaji naik, bukan dari penilaian kinerja secara benar, tapi pengalaman kerja yang "begitu-begitu saja".
Aman dari pemecatan kecuali melakukan pelanggaran berat atau kriminal.
Nikmat mana yang mereka dustakan?
Sayangnya, pengawasan kinerja pada para pendidik yang berstatus ASN kurang terkontrol, malah terkesan ada pengabaian dari pemerintah. Meskipun kurikulum berganti berkali-kali sekali pun, kalau mental dan pelaksanaan memble, hasil pendidikan tidak akan beranjak naik.
Oleh karena itu, evaluasi kinerja guru setiap akhir semester dan akhir tahun pelajaran perlu dilaksanakan, supaya guru tetap sadar akan tanggung jawabnya sebagai pendidik untuk terus meningkatkan kompetensi dalam mengajar, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Kurangnya penghargaan dari pemerintah terkait kinerja bagus para guru
Jangankan guru, pegawai negeri sipil yang bertugas di instansi pemerintah yang lain juga bernasib kurang lebih sama.
Tapi yang menyedihkan sebagai guru ASN adalah biarpun kinerja bagus, penghargaan dari pemerintah sangatlah minim.
Ada rasa aneh mendengar pembesar negeri entah itu gubernur, bupati atau walikota yang selalu mengagungkan pencapaian Jepang dalam menghargai guru sesudah Perang Dunia II.
Ya, itu di Jepang. Bagaimana dengan di Indonesia?
Banyak kepahitan yang terjadi di bumi pertiwi ini. Mulai dari guru honorer yang tidak mendapat honor yang selayaknya selama bertahun-tahun, kurikulum yang selalu berganti setiap ganti kepemimpinan dalam kemendikbudristek, sampai kisruh Uang Kuliah Tunggal (UKT) saat ini.