Membaca membuat manusia menjadi utuh, konferensi orang yang siap; dan menulis orang yang tepat.
Dalam sebuah buku tentang menulis dalam bahasa Inggris (saya lupa judul buku dan penulisnya), "conference" ditulis "speaking".
Tiga dalam satu. Three in one. Tiga keterampilan yang sangat vital dalam berbahasa (minus listening, mendengar, yang seharusnya juga masuk hitungan).
Terlepas dari ketidakhadiran listening di daftar tersebut, saya melihat aspek writing yang ditempatkan terakhir dalam four language skills, tapi menjadi yang paling tinggi dalam pencapaian.
"Tepat", tingkatan kecermatan tertinggi dibanding mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menulis adalah keterampilan yang paling susah untuk dicapai dibanding tiga keterampilan sebelumnya.
Pada awalnya, niat saya hanya untuk membiasakan menulis setiap hari. Kapan saja, dimana saja. Melatih keterampilan menulis, khususnya menulis dalam bahasa Inggris.
Namun lambat laun, saya menikmati menulis, saya menyukai proses menulis. Tidak ada yang memotong atau menginterupsi. Saya bisa menulis apa saja. Tanpa batasan.
Sayangnya, buku-buku kecil tersebut hilang saat pindahan rumah beberapa kali. Dan yang paling mengesalkan, buah pikiran semasa aktif-aktifnya sebagai pemuda lenyap begitu saja. Tulisan-tulisan itu lebih berharga, lebih mahal dibanding harga bahan buku-buku kecil itu.
Yah, tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.
Namun tahun-tahun berikutnya muncul media sosial dan blog yang menjadi wadah "curhatan" banyak warganet. Saya pun termasuk salah satunya yang memanfaatkan media-media tersebut, meskipun tidak seaktif netizen yang lain.
Sampai pada suatu momen, tanpa sengaja, saya menemukan Kompasiana di salah satu deretan pilihan di kompas.com.