Mengajak anak ke panti asuhan untuk berbagi, memberikan sedikit berkat Tuhan bagi insan-insan yang membutuhkan juga bisa menimbulkan rasa empati pada anak. Apalagi dalam bentuk anak tinggal beberapa hari di panti asuhan supaya anak bisa mengalami langsung kehidupan anak-anak yatim piatu di panti asuhan tersebut, dan melihat sendiri kesederhanaan dengan menu makan yang seadanya, tidak adanya penyejuk ruangan (AC) di dalam kamar tidur, dan disiplin menjaga kebersihan (tidak seperti di rumah sendiri yang ada asisten rumah tangga).
Dan alangkah lebih baik lagi kalau anak ingin mendapatkan sesuatu dari orangtuanya, dia harus menunjukkan prestasi terlebih dahulu, entah itu dari segi akademik atau non akademik. Dengan begitu, anak belajar untuk bekerja keras di awal sampai akhirnya mendapat upah/reward di akhir jika target prestasi tercapai.
Kalaupun tidak tercapai dan nir reward, ayah dan ibu tetap memberi dukungan dan semangat. Berikan pengertian pada anak bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Kalau anak gigih, ulet, dan konsisten, niscaya keberhasilan akan diraih kelak.
3. Didik anak untuk fokus pada keterampilan yang menunjang cita-cita di masa depan
Ketimbang membeli barang-barang konsumtif, lebih baik uang dipakai untuk pengembangan diri demi mencapai penguasaan keterampilan untuk profesi impian di masa depan.
Ini memang menjadi pekerjaan rumah yang sukar bagi orangtua, karena paparan iklan bejibun di media sosial dan pengaruh teman yang membeli produk tertentu.
Tentu di usia anak dan remaja, pola pikir belum sepenuhnya matang. Apa yang menarik di mata seakan ingin mereka raih semua.
Oleh karena itu, ayah dan ibu perlu mendidik anak untuk berpikir ulang sebelum membelanjakan uang. Alangkah baiknya melihat potensi anak demi mewujudkan cita-cita.
Misalnya, W, murid les privat di masa lampau, bercita-cita menjadi seorang dokter. Di saat remaja putri yang lain menggandrungi K-pop dan kongko-kongko di mal, W malah menyibukkan diri dengan berbagai les privat, seperti les Matematika dan Bahasa Inggris.
Tentu saja, dia suka mendengarkan musik dan jalan-jalan di mal sesekali, namun fokus pada cita-cita menjadi prioritas utama dalam keseharian.
Investasi leher ke atas. Itu istilah di zaman now saat ini. Uang bisa dicuri; tapi keterampilan, keahlian, tidak akan bisa dirampas oleh siapa pun.
Atau anak bisa juga menyalurkan hobi di luar pendidikan sekolah, seperti les piano, les gitar, les menggambar, kursus memasak, dan lain-lain. Selain menyalurkan bakat, siapa tahu keterampilan tersebut bermanfaat untuk memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.