Apakah anak senang belajar di sekolah?
Apakah kakek-nenek atau om-tante menerapkan disiplin belajar pada anak atau malah membiarkan anak berbuat semaunya, sesukanya?
Kenyamanan anak dalam belajar demi masa depan sudah seharusnya menjadi pertimbangan matang. Jangan sampai hanya materi untuk fisik yang dipenuhi. Psikis anak juga harus mendapat perhatian ayah dan ibu.
3. Ciptakan dan tumbuhkan budaya gemar membaca dan menulis dalam keluarga
Rendahnya budaya baca dan tulis sangat memprihatinkan. Nilai PISA yang diperoleh Indonesia sudah menggambarkan minimnya kompetensi peserta didik di negeri +62.
Ayah dan ibulah yang menjadi garda terdepan untuk menciptakan dan menumbuhkan budaya gemar membaca dan menulis dalam keluarga.
Menyediakan berbagai buku di rumah, di sejumlah ruangan, adalah upaya untuk menciptakan dan menumbuhkan budaya-budaya tersebut supaya kesadaran akan pentingnya buku tercipta.
Mengajak buah hati ke toko buku bisa menjadi pemantik motivasi membaca anak karena anak bisa memilih buku bacaan yang dia suka.
Anggaran terbatas? Meminjam buku di perpustakaan bisa menjadi solusi tetap mendapat pengetahuan secara gratis. Mengajak anak ke perpustakaan bisa sekaligus menjadi wisata literasi dibanding jalan-jalan ke mal.
Budaya menulis adalah kembaran budaya membaca. Ibarat gelas adalah diri, membaca adalah air. Jika gelas sudah penuh, air bisa terbuang percuma.
Daripada sia-sia terbuang, pindahkan air ke gelas-gelas yang lain, ke orang-orang lain, supaya mendapat manfaat yang sama dari isi buku-buku tersebut, atau malah memperoleh manfaat lain, menginspirasi hidup.
Saya terbentuk dari berbagai genre buku yang membuat mata saya terbuka akan kayanya keindahan dunia ini. Dari buku-buku, saya bersyukur akan hidup ini yang Tuhan sudah berikan pada saya, dan melalui buku-buku, saya bisa lebih berempati terhadap orang lain.Â