***
Sejatinya, bahasa Inggris seperti bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini. Untuk menguasai suatu bahasa, mengkhususkan satu hari untuk mempelajari dan mengabaikan enam hari, adalah suatu langkah yang justru menjauhkan alih-alih mendekatkan peserta didik ke Bahasa Inggris.
Kiranya dengan berbagai pemaparan dan saran di tulisan ini, penguasaan bahasa Inggris di berbagai sekolah bisa meningkat dan menunjukkan kemajuan yang signifikan karena mempraktikkan masukan-masukan di artikel saya ini.
Tentu saja, seperti saya katakan sebelumnya, saran-saran tersebut bersifat subjektif karena menurut pandangan saya secara pribadi. Masih banyak cara-cara lain dari para rekan guru bahasa Inggris yang luar biasa yang mungkin tak bisa diaplikasikan karena terkendala oleh berbagai hal yang beraneka ragam yang tidak bisa disebutkan di sini satu per satu.
Intinya, bahasa Inggris sudah seharusnya dikuasai oleh rakyat Indonesia. Pengkhususan menunjukkan niat yang setengah hati; atau menganggap bahasa Inggris sangat sukar; atau takut dianggap kebarat-baratan; atau mungkin karena sebab-sebab lainnya.
Sudah saatnya label "eksklusif" dilepaskan, dihapus dari bahasa Inggris. Dengan menempelkan stigma "eksklusif" pada bahasa Inggris, bukannya mendekat, motivasi belajar bahasa Inggris pada peserta didik malah akan semakin menjauh.Â
Kata "sukar", "khusus", dan "hanya untuk orang tertentu" kemungkinan akan melekat dalam benak kebanyakan dari mereka karena penetapan "English Day" menunjukkan eksklusivitas.
Semoga saja bahasa Inggris 'merakyat', bukan lagi momok bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, karena bagaimana kita bisa bersaing dengan tenaga kerja asing kalau untuk berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris saja kita masih gelagapan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H