Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana dalam 3P

13 November 2022   14:35 Diperbarui: 13 November 2022   14:39 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuktikan diri mempunyai keterampilan, kemampuan, kebisaan, itulah yang menjadi landasan awal saya menulis di mari. Saya ingin membuktikan diri bahwa saya bisa menulis dan "suara" saya layak didengar.

Hal ini ada karena sebagai bungsu dari tujuh bersaudara, saya merasa dianggap "anak bawang" di dalam keluarga. Dalam setiap kesempatan, sewaktu saya menyampaikan pendapat secara lisan, opini saya langsung "dipotong" di tengah jalan. Saya selalu tidak bisa menyelesaikan pernyataan saya.

Alasannya, karena kakak-kakak saya tidak sabar menunggu saya selesai bicara, dan ingin segera mengemukakan opini. Namun yang menjadi persoalan, kebanyakan karena tidak setuju dengan pendapat saya dan langsung membantah opini saya.

Saya merasa tidak dihargai.

Meskipun saya sudah meraih predikat lulusan dengan IPK tertinggi di perguruan tinggi, saya tidak melihat ada penghargaan di mata anggota keluarga dan para kenalan.

Respek didapatkan sewaktu, dengan terpaksa, saya memberitahu kalau saya menulis di Kompasiana dan memenangkan suatu event kompetisi menulis di mari.

Tentu saja, sebelum memenangkan event lomba ini, saya sudah menulis beberapa artikel, puisi, dan cerpen di K; dan juga memenangkan beberapa kompetisi menulis dengan hadiah uang digital yang lumayan. Namun saya tidak pernah menceritakan kegemaran menulis di Kompasiana beserta dengan prestasi-prestasi tersebut kepada siapa pun.

Sampai pada suatu ketika, di pertengahan tahun 2020, smartphone saya rusak. Padahal laptop sudah rusak terlebih dahulu dan tidak bisa diperbaiki lagi. Otomatis, saya tergantung dalam pengetikan dan pengunggahan artikel melalui smartphone.

Nah, kalau smartphone rusak, lalu dengan apa saya bisa mengunggah artikel ke Kompasiana?

Sempat kegalauan berkecamuk dalam diri. Saya juga menggunakan smartphone untuk berbisnis online dan mengunggah video ke YouTube. Smartphone rusak, kegiatan mengais rezeki lewat digital menjadi ambyar.

Saya kembali menggunakan pulpen dan kertas untuk menuangkan gagasan-gagasan saya. Menabung tulisan untuk Kompasiana dan konten jualan di media sosial. Kalau sudah punya smartphone, baru saya unggah di K dan medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun