Guru juga manusia. Sama seperti profesi lainnya.
Beberapa teman guru mengungkapkan pernyataan dan isi hati, memperlihatkan kalau mereka tidak suka sekolah.
Yang pertama, Donna (bukan nama sebenarnya), salah seorang kenalan yang berprofesi sebagai guru piano di sebuah lembaga pendidikan musik di Jakarta.
Dia secara terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak suka sekolah sewaktu saya menyarankan dia untuk memiliki kebiasaan menulis.
"Aku tidak suka sekolah!" ujarnya lugas.
"Apakah menulis selalu diidentikkan dengan sekolah?" tanya saya balik.
Donna terdiam.
Yah, saya tidak menyalahkannya. Wajar dia berpikiran seperti itu, karena selain pekerjaannya yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan tulis-menulis, juga karena, "barangkali", kalau tebakan saya benar, pengalaman Donna sewaktu bersekolah dulu yang tidak menyenangkan.
Contoh kedua, Adi (nama samaran). Teman saya ini adalah pensiunan guru SD Negeri di Samarinda. Selama aktif mengajar dulu sampai menjelang masa pensiun, beliau "hanya" menggunakan satu metode mengajar, yaitu metode ceramah.
"Anak-anak terpesona kalau mendengar pengalaman saya waktu liburan di Borobudur, Prambanan, Bali, dan lain-lainnya," Adi berkata dengan bangga.