Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Setahun Nge-YouTube dan Saran untuk Rekan

31 Agustus 2021   20:48 Diperbarui: 1 September 2021   23:00 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
YouTube.(Shutterstock via KOMPAS.COM)

Memang jadi YouTuber tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu perjuangan yang tidak sebentar. 

Apa yang Anda lihat dari para YouTuber sukses, entah itu dari masyarakat awam atau artis yang seperti "sukses sekejap" di dunia YouTube, bukan diraih dalam semalam.

Seperti yang saya alami. Dengan kemampuan bermain gitar yang ala kadarnya, saya tidak berharap banyak akan mendapat subscribers melimpah. 

Saya tahu kekurangan saya. Gitaris yang kemampuannya ciamik saja susah mendulang subscribers bejibun, apalagi saya yang kemampuannya pas-pasan.

Tapi memang sejak awal, saya tidak ingin mendapat sebutan YouTuber, karena kalau orientasi nge-youtube untuk mendapatkan cuan, pasti saya tidak akan bertahan menelurkan karya di platform tersebut.

Sedari awal, seperti yang pernah saya utarakan di tulisan-tulisan sebelumnya, saya hanya ingin menyimpan video-video gitaran di YouTube, menimbang sudah ada beberapa video gitaran terhapus di gawai, baik itu di laptop dan smartphone, karena alat-alat tersebut rusak.

YouTube menjadi hard disk eksternal saya. Begitu tujuan saya pada awalnya. 

Seiring waktu berjalan, keinginan untuk menghibur diri sendiri dan orang lain menjadi alasan kenapa berbagi video di YouTube.

Bisa saja mengatur kerahasiaan video dengan mengeklik tombol "private". Namun saya pikir, tidak ada salahnya untuk berbagi. Saya atur ke "public". 

Perkara ada yang tidak suka, tidak menjadi masalah. Kalau ada yang berkenan menonton dan memberi apresiasi, tentu saja membuat diri senang.

Namun kalau mengharapkan komisi adsense, saya sadar diri. Segala sesuatu butuh waktu untuk berhasil. Tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Dalam hal nge-youtube, sikap saya adalah:

1. Evaluasi tujuan berkarya

Memang, sebagai manusia, keinginan untuk mendapat penghargaan tentu saja ada di benak saya. 

Terkadang timbul rasa kecewa saat melihat minimnya views dan perolehan subscribers yang jauh dari kata memuaskan.

Tapi saya kembali ingat kepada tujuan saya. Menjadikan YouTube menjadi album video kenangan, menghibur diri sendiri, dan menghibur orang lain. Tiga tujuan ini yang menjadi alasan.

Kalaupun kelak saya mendapat views bejibun, subscribers melimpah, dan komisi adsense seabrek, itu semua hanya bonus belaka.

2. Konsisten saja, nanti akan ada warganet yang merasakan manfaatnya

Konsistensi, begitulah yang sudah saya jalani sejak covid-19 melanda. 

Satu tahun lebih sudah berjalan, satu video setiap minggu. Meskipun hanya ditonton oleh beberapa pemirsa, bagi saya itu bukan masalah.

Kenapa? 

Karena ternyata ada beberapa warga, baik itu warga +62 maupun dari luar Indonesia yang memberikan apresiasi atas permainan gitar yang tidak seberapa mahir ini.

Meskipun saya bermain dengan berbagai kekurangan yang banyak, ada saja warganet yang merasakan manfaat dari permainan gitar saya.

Konsisten, itu kunci saya dalam nge-youtube.

3. Cintai yang Anda lakukan meskipun channel YouTube sepi pengunjung

Seperti yang saya pernah utarakan di artikel sebelumnya, saya mencintai kegiatan bermain gitar, merekam permainan dalam bentuk video, dan mengunggahnya ke YouTube.

Bagi saya, bermain gitar adalah salah satu kegiatan yang bisa menenangkan pikiran saya, selain membaca kitab suci dan menulis. 

Saya mencintai proses bermain gitar dan saya juga mencintai proses pengunggahan video gitaran ke channel YouTube saya. 

Sepi pengunjung? Tidak mengapa, karena seperti saya katakan di sikap kedua, pasti nanti akan ada warganet yang menonton dan mendapatkan manfaat dari video-video tersebut.

Apa salah mengharapkan komisi Adsense?

Tentu saja, tidak salah mengharapkan mendapat komisi Adsense. Secara pribadi, saya pun kepingin, meskipun arah ke sana tidak seperti membalikkan telapak tangan.

Namun selalu saya mengatakan kepada setiap orang bahwa tujuan saya nge-youtube semata karena hobi. Tidak dapat adsense, tidak apa.

Tapi sewaktu mendengar ada beberapa teman yang sangat mengharapkan komisi adsense dari kegiatan nge-youtube, kemudian kecewa karena lambat mendapat subscribers, lalu berhenti mengunggah karya di YouTube, tentu saja saya prihatin.

Tidak masalah dengan harapan mendapatkan uang dari YouTube, karena seperti nikmatnya "hobi yang dibayar", pasti menyenangkan. 

Hanya saja, dengan posting satu atau dua video dalam sebulan; tiga atau empat bulan nge-youtube, kemudian langsung memperoleh subscribers yang wow dan dapat uang komisi Adsense berlimpah, tentu saja kemungkinan besar mustahil terjadi.

Perlu pemikiran mendalam soal ini. 

Saya mendengar tentang seorang guru gitar, sebut saja Hadi, yang mengajar di salah satu lembaga pendidikan musik di Jakarta.

Saya mengetahui nama beliau dari teman saya, Linda (bukan nama sebenarnya), yang berprofesi sebagai guru piano.

"Pak Hadi kecewa dengan pertumbuhan subscribers yang lambat. Dia merasa sia-sia saja susah payah berjibaku merekam video gitaran, tapi tidak mendapatkan hasil dari YouTube," kata Linda pada saya.

Secara pribadi, saya tidak menyalahkan Hadi. Di tengah pandemi covid-19 yang semakin mengkhawatirkan, ketidakjelasan mengenai kapan bisa beraktivitas secara normal menjadi nyata.

Pembelajaran daring tentu saja terpaksa dilakukan, dan bicara masalah les musik, bicara masalah berkurangnya pendapatan, karena mayoritas orangtua atau wali murid lebih suka kalau pembelajaran diadakan secara tatap muka langsung. 

"Terkendala jaringan internet yang terkadang lelet dan faktor tidak seriusnya anak dalam menjalani les," kata Linda sewaktu menanyakan kepada beberapa orangtua murid yang memilih anaknya off, berhenti les sementara waktu.

Berkurangnya pendapatan menjadikan banyak orang ingin mendapat pemasukan sampingan. Mendapat komisi Adsense adalah salah satu cara untuk itu.

Hadi termasuk di dalam kumpulan YouTuber yang mengharapkan mendapat komisi adsense yang melimpah. Tidak salah, tapi beliau ingin memperoleh dalam waktu singkat. Itu pemikiran yang keliru.

"Dia sudah malas mengunggah video gitaran ke YouTube," kata Linda.

Apakah Anda juga seperti Hadi yang sudah menyerah untuk mendapatkan komisi Adsense di dunia YouTube?

Kalau iya, saya ingin membagikan 3 (tiga) hal yang perlu Anda perhatikan terkait nge-youtube, subscribers, dan komisi adsense.

1. Butuh proses panjang

Tidak ada yang instan, kecuali mi instan. Mi instan pun tetap membutuhkan proses memasak sampai siap disantap. Bukan bisa langsung dimakan.

Untuk menjadi sukses, apapun profesinya, semua membutuhkan proses panjang.

YouTuber terkenal bin tajir melintir tidak mungkin mendapatkan hasil komisi adsense berlimpah dalam semalam. Ada proses 'berdarah-darah' yang harus mereka lewati.

Sayangnya, kebanyakan dari kita hanya melihat hasil akhir dibanding proses yang terjadi sebelumnya. 

Parahnya lagi, kita hanya mau hasil maksimal, tapi menjalani proses yang minimal.

Telusuri berbagai kisah YouTuber Indonesia yang sukses mendulang rezeki di dunia YouTube. Pastinya mereka berjibaku dengan waktu, tenaga, dan biaya. Ada "harga" yang harus mereka bayar.

Jadi, kita semua, tanpa terkecuali, harus menjalani proses panjang nan melelahkan untuk mencapai kesuksesan. 

Proses tak berkesudahan yang penuh dengan peluh keringat, cucuran air mata, dan segenap daya. Itulah yang harus dilewati.

2. Lakukan evaluasi

Kalau memang serius ingin menjadi YouTuber yang sukses, kita juga harus rutin mengevaluasi diri sendiri.

Untuk apa mengevaluasi diri? Untuk mengukur pertumbuhan sejauh mana perkembangan atau kiprah karier sebagai YouTuber.

Ibarat kita berada di sekolah. Ada tingkatan kelas yang harus kita lalui. Mau naik kelas? Kita harus lulus ujian supaya bisa naik ke kelas yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan kesuksesan di dalam sekolah YouTube. Tidak ada jalan pintas untuk menggapai keberhasilan yang langgeng berkelanjutan.

YouTube sudah menyediakan aplikasi YouTube Studio yang memudahkan para YouTuber untuk menganalisis statistik setiap video (yang mana yang paling disukai dan yang mana yang kurang diminati), fluktuasi views setiap video per hari, video yang mana yang disukai kebanyakan warganet, pada jam berapa tingkat tertinggi para netizen menyaksikan video-video tersebut, dan lain sebagainya.

Dengan memantau pergerakan grafik dan tren dari setiap video, kita bisa menyesuaikan konten video yang kita akan buat kemudian, yang sekiranya menarik banyak netizen untuk menonton.

3. Action bertubi-tubi dengan konsisten

Mencoba? Bisa dipastikan tidak akan melakukan atau tidak bertahan lama.

Action, tindakan bertubi-tubi. Itulah yang harus dilakukan. Namun, tidak asal ngotot tanpa pertimbangan. Harus punya perencanaan, action plan, kemudian lakukan secara konsisten.

Jangan patah semangat, jangan menyerah melihat hasil yang tidak memuaskan, karena kerja keras akan membuahkan hasil. 

Seperti sudah disebutkan di poin pertama bahwa tidak ada proses instan untuk mencapai kesuksesan. Kita saja butuh waktu 18 tahun belajar di sekolah dari SD sampai SMA. Tidak bisa lompat langsung ke SMA.

Budaya scroll dan klik smartphone yang menjamur serta menawarkan "kenikmatan" instan seketika menyebabkan kebanyakan orang berpandangan bahwa segala sesuatu harus bisa diperoleh dengan segera.

Padahal untuk mencapai kesuksesan tidak semudah scroll dan klik layar hape. Ada proses "berdarah-darah tak kenal lelah" yang kita harus jalani.

Intinya, kerja keras adalah harga mati. Tidak bisa ditawar lagi. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk mencapai kesuksesan. Ini bukan lari jarak pendek, tapi lari jarak jauh. Maraton.

Saya sendiri, di tengah kesibukan mengajar, tetap action bertubi-tubi, konsisten menayangkan satu video gitaran setiap minggu. Sudah hampir dua tahun saya menjalani dengan rutin.

Terus menerus, konsisten. Itu koentji-nya.

* * *

Kiranya, ada manfaat yang bisa Anda dapatkan dari tulisan receh saya ini.

Yang jelas, tetap berkarya senantiasa, karena memang kesuksesan membutuhkan proses yang lama. 

Kesuksesan yang instan tidak akan bertahan lama. Hanya kesuksesan yang didapat dengan susah payah yang akan langgeng.

Tetap semangat berbagi manfaat. Terus menabur kebaikan di masa yang sukar sekalipun.

Salam Kompasiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun