Tidak terasa sudah setahun lebih saya konsisten dalam melakukan kegiatan nge-youtube.Â
Satu video gitaran setiap minggu yang biasanya saya unggah di akhir pekan menjadi bukti bahwa ternyata aksi meskipun dalam tempo lambat namun kalau dilakukan secara konsisten akan membuahkan hasil.
Latar belakang saya dalam mengunggah video permainan gitar di YouTube hanya sebatas pada tiga hal, yaitu:
- Menjadikan YouTube sebagai album video
- Menghibur diri sendiri
- Menghibur orang lain
Sayangnya, ada beberapa netizen yang memberikan komentar julid. Ada yang mengatakan:
- Kemampuan belum seberapa, kok dimasukkan ke YouTube
- Numpang pamer ya, bro
- Belajar sama si A dulu, baru posting video
- Dan lain-lain
Seperti yang pernah saya utarakan di tulisan sebelumnya, saya tidak terlalu peduli dengan tanggapan nyinyir beberapa netizen yang hanya bisa berkoar, tapi nirperbuatan. Anda bisa membaca tentang apa yang saya lakukan dalam menanggapi tanggapan julid beberapa netizen di tulisan saya sebelumnya di tautan di bawah ini.
Baca juga:Â Ini 3 Pilihan Tindakan Versi Saya dalam Menghadapi Komentar Julid Netizen di YouTube
Kalau di tulisan sebelumnya, saya memberikan masukan mengenai respons terhadap komentar julid beberapa netizen, kali ini saya menulis artikel khusus untuk beberapa netizen julid yang suka berkomentar nyinyir di akun media sosial atau channel YouTube orang lain.
Harapan saya, setelah membaca tulisan saya yang receh ini, tingkat julid netizen di Indonesia menjadi berkurang secara signifikan.
Ada 3 (tiga) saran saya untuk beberapa netizen julid.
1. Berjuang untuk orang-orang yang Anda kasihi
Setiap kita mempunyai orang-orang yang kita kasihi, seperti ayah, ibu, kakak, adik, suami, istri, anak, dan lain sebagainya. Alih-alih sibuk mengumbar nyinyiran di dunia maya, alangkah baiknya kalau Anda mencurahkan sebagian besar waktu untuk berjuang demi orang-orang yang Anda kasihi di dunia nyata.
Bahagiakan orangtua Anda, ayah dan ibu, selagi mereka masih ada di dunia. Gunakan waktu secara bijak. Jangan malah dihabiskan dengan main gim online, nonton video streaming tanpa jeda, dan berkomentar julid tapi minim tindakan nyata.
Beberapa kisah dari satu-dua kenalan menggambarkan kebiasaan generasi muda saat ini yang jauh dari kata berjuang demi orang-orang yang tersayang.
"Para junior-ku di perusahaan dulu suka begadang. Main gim online. Akibatnya, ketika bekerja di pagi dan siang hari, mereka mengantuk dan tidak bersemangat," kata Donna (nama samaran), salah seorang kenalan yang sudah memasuki masa pensiun.
"Cuma pegawai yang laki-laki?" tanya saya.
"Pegawai perempuan juga sama saja. Main gim online bukan monopoli laki-laki," katanya meyakinkan.
Kisah lain lebih mencengangkan lagi.
"OB (kependekan dari Office Boy) di kantorku dipecat tadi pagi," kata Lukman (bukan nama sebenarnya), seorang kenalan yang berdomisili di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dia menelepon saya untuk sekadar menanyakan kabar dan berbincang tentang pekerjaan sekitar dua minggu yang lalu.
"Oh, pasti karena sering datang terlambat atau tidak masuk kerja tanpa berita," Saya menebak.
"Bukan itu. Dia malas bekerja. Toilet kotor, lantai tidak disapu, dapur berantakan, dan seabrek kemalasan lainnya. Kerjaannya tidur dan main gim online saat jam kerja. Sudah diberitahu berkali-kali dan mendapat surat peringatan. Karena membandel, kami berhentikan," kata Lukman.
Mudah-mudahan Anda yang membaca tulisan ini bukan termasuk kalangan anak muda di atas. Tapi kalau sekiranya iya, segera bertobat.
Ingat, usia manusia tidak bisa diketahui kapan akan berakhir. Orangtua kita tidak akan selalu ada bersama dengan kita di dunia ini. Sewaktu-waktu mereka bisa dipanggil Tuhan.Â
Apalagi dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini. Daripada sibuk main gim online, menghabiskan waktu nonton video hiburan, dan melontarkan komentar julid di media sosial, kan lebih baik bekerja keras demi membahagiakan orangtua dan keluarga kita.
2. Tinggalkan warisan yang bermanfaat untuk sesamaÂ
Jejak digital yang membuat susah adalah apabila merisak orang lain tanpa pikir panjang dan mengakibatkan nama baik jadi rusak, bukan saja korban yang jadi susah namun juga yang melontarkan komentar julid terlebih lagi kena akibatnya. Anggota keluarga juga ikut menderita.
Seperti beberapa kejadian dalam dua atau tiga bulan terakhir, ada beberapa orang yang melakukan tindakan yang tidak semestinya dilakukan. Herannya, justru beberapa di sini adalah para orang dewasa yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada generasi muda.
Tapi kalau Anda yang membaca tulisan ini adalah generasi muda, jangan gembira dulu. Seperti yang sudah saya tuliskan di saran pertama, itu baru salah dua dari banyaknya contoh di dunia nyata.
Jangan meninggalkan warisan yang buruk tentang Anda kepada keluarga, handai tolan, dan warga dunia. Alih-alih, tinggalkan warisan yang bermanfaat untuk sesama.
Gunakan waktu kehidupan ini sebaik mungkin supaya orang lain mendapat inspirasi, penghiburan, atau memperoleh pengetahuan dari karya-karya Anda, bisa melalui tulisan (seperti di Kompasiana ini, lewat buku, novel, dan lain sebagainya), lewat video di YouTube, podcast, dan lain-lain.
Daripada hanya jadi penonton pasif yang menghabiskan kuota internet, kenapa Anda tidak mencobanya, menjadi YouTuber yang dapat memberikan imbal balik berupa pendapatan sampingan lewat komisi Adsense, menawarkan jasa, atau produk tertentu?
Di tengah beberapa komentar julid segelintir warganet, ada sejumlah netizen yang menghargai dan memberi apresiasi atas permainan gitar saya yang sangat jauh dari kata 'baik'.Â
Mereka yang menjadi penyemangat saya untuk terus berkarya dan memberikan nasihat untuk mengabaikan segala nyinyiran warganet julid yang tidak jelas identitas dan kemampuannya.
Selain channel YouTube gitaran, saya juga membuat satu channel YouTube tentang pembelajaran bahasa Inggris.
Saya sadar diri, kalau kemampuan bermain gitar hanya sekadar hiburan bagi saya dan berharap orang lain juga terhibur mendengarnya. Kemampuan saya dalam bermain gitar sangat jauh dari kata oke karena kecelakaan lalu lintas yang pernah saya alami dulu mempengaruhi struktur jari jemari tangan kiri saya.
Berbeda dengan bahasa Inggris yang menjadi profesi saya dalam mengarungi dua puluh tahun lebih sebagai guru bahasa Inggris. Bisa dibilang, untuk urusan pembelajaran bahasa Inggris, saya sudah "lumayan" menguasai.
Sejauh ini, belum ada yang berkomentar miring tentang isi konten di channel YouTube tentang pembelajaran bahasa Inggris yang saya kelola.Â
Kalaupun ada kelak, saya juga tidak terlalu peduli, karena kebanyakan yang berkomentar julid sepertinya akan sama seperti yang ada di channel YouTube gitaran saya. No Action, Talk Only.
Sejauh memberi manfaat dan meninggalkan warisan yang berguna bagi sesama, saya akan jalan terus.Â
Ini salah satu video pembelajaran bahasa Inggris yang saya buat di channel tersendiri.
3. Bertanggung jawab kepada-Nya atas apa yang sudah diperbuat di dunia
Kalaupun saran pertama dan kedua tidak membuat Anda menyadari akan kejulidan dalam berkomentar di dunia maya, pengadilan terakhir di hadirat Tuhan akan menentukan hidup Anda kelak di alam sana.
Pertanggungjawaban. Apa yang Anda tabur, itulah yang Anda akan tuai. Anda melakukan kebaikan, Anda akan mendapat upah yang sesuai dengan tindakan. Anda menjalankan kejahatan, akibat yang setimpal akan Anda peroleh berdasarkan itu.
Tuhan yang akan menjadi hakim dan menentukan tujuan yang Anda akan jalani sesuai perbuatan Anda, baik atau buruk.
Sampai kapan Anda berlindung?
Kalau Anda memang sosok warganet yang suka berlindung di balik anonimitas supaya leluasa berkomentar julid, kiranya setelah membaca tulisan remeh ini, Anda bisa mengevaluasi hidup Anda selama ini.
Apa keuntungan yang keluarga dan orang-orang yang Anda sayangi dapatkan dari kejulidan Anda di balik anonimitas di dunia maya?
Apa warisan yang Anda akan tinggalkan pada generasi berikut setelah Anda tidak ada di dunia kelak?
Bagaimana laporan pertanggungjawaban Anda di hadapan Sang Pencipta tentang segala sesuatu yang Anda sudah kerjakan di dunia semasa hidup?
Kiranya Anda dapat mengerti tujuan hidup di dunia yang sementara ini.Â
Berbuat yang terbaik demi membahagiakan orangtua, keluarga, dan orang-orang yang Anda sayangi.
Meninggalkan warisan dan kenangan yang bermanfaat bagi generasi mendatang.
Dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatan di hadapan-Nya kelak di pengadilan terakhir.
Kiranya kita semua menjadi warga yang berguna, bukan saja demi keluarga, namun juga untuk sesama, dan tidak menyia-nyiakan talenta yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H