Seperti sudah saya tuangkan sedikit unek-unek dalam artikel "Menyoal Keefektifan PJJ lewat WhatsApp dan Zoom", saya menyayangkan perihal ketidakmengertian kebanyakan guru sekolah yang mengajar murid-murid les saya.
Terlalu banyak PR yang diberikan membuat stres peserta didik. Ketiadaan pembelajaran tatap muka di sekolah secara langsung dan hanya mengandalkan bantuan metode ceramah dalam ruang maya "Zoom" tambah membuat galau kebanyakan murid.
Guru perlu mencermati jumlah, tingkat kesulitan, dan tanggal penyerahan tugas. Peserta didik sudah stres karena harus belajar dari rumah, pusing menghadapi proses belajar mengajar yang jauh dari kata “jelas”, dan tidak bisa bercanda tawa dengan teman sekelas secara langsung. Jangan ditambah kepusingan itu dengan seabrek tugas yang jauh dari manusiawi.
Baca juga: Kunci Sukses PJJ
Salah satu hal miris yang saya lihat dalam dua minggu ini adalah setiap hari selalu ada tugas. UTS berakhir, tugas demi tugas bergulir bagai air bah. Beberapa murid saya kerepotan dalam memenuhi tanggung jawab tersebut.
Salah satu murid les, Rudi (bukan nama sebenarnya), sebagai contoh. Dia siswa kelas enam dan bersekolah di salah satu Sekolah Dasar (SD) yang cukup ternama di Samarinda. Sejak Maret 2020, awal pandemi Covid-19, guru kelasnya tidak mengurangi “gas” yang memang sudah kencang dari dulu.
Herannya, justru saat corona melanda, kebiasaannya memberikan tugas seabrek semakin menghebat. Bak “efek bola salju” semakin menggelinding, semakin membesar dan membesar.
Terhitung sejak 28 September 2020 sampai hari ini, 8 Oktober 2020, ada 17 (tujuh belas) tugas yang Rudi dan teman-teman sekelasnya harus kerjakan dalam sembilan hari dari Senin sampai Jumat. Berarti rata-rata dua tugas yang harus dikerjakan dalam sehari!
Sampai saat ini, Rudi baru menyelesaikan tujuh tugas.
Herannya lagi, kecuali guru bidang studi, sang guru kelas malah tidak memberitahukan tanggal penyerahan tugas seperti kebiasaannya sebelum UTS. Karena murid les saya bingung dan juga orang tua ikut kebingungan, saya menyuruh Rudi untuk menanyakan di WAG kelasnya.
Karena tidak direspons oleh sang guru, saya pun menganjurkannya untuk mengajukan pertanyaan yang sama di WA guru tersebut alias japri.