Saya mempunyai beberapa teman yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Saya salut dengan mereka. Mereka mengorbankan karier mereka sebagai pekerja kantoran atau pegawai di suatu instansi, dan mereka mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengasuh dan merawat anak-anak mereka.
“Saya tidak bekerja, Pak. Saya ibu rumah tangga.”
“Itu juga pekerjaan, Bu. Pekerjaan yang mulia. Mengasuh, merawat, dan yang terutama mendidik putra-putri tercinta.”
Itu adalah secuil percakapan antara saya dengan Bu Tina (bukan nama sebenarnya), salah satu orang tua murid beberapa tahun yang lalu. Ibu yang sederhana tapi mempunyai jiwa yang besar, memberikan waktunya sepenuh hati untuk perkembangan fisik dan psikis buah hati. Hasilnya? Putra-putri beliau sudah berhasil, lulus sarjana dengan hasil gemilang.
Sekarang, para ibu mempunyai “pekerjaan rumah” tambahan. Mengajar putra-putri lebih intens lagi, alias mengambil alih tugas guru sekolah di rumah.
Akibatnya, stres melanda. Bingung karena bertumpuknya tugas sekolah dari guru membuat kebanyakan orang tua kelabakan.
Padahal, tugas di rumah seperti memasak, membersihkan rumah, menyapu, mengepel, dan lain sebagainya tetap harus dikerjakan.
Saran bagi orang tua murid
Kiranya 3 saran dari saya ini bisa menolong para orang tua dalam membimbing putra-putri tercinta selama PJJ.
1. Perlu berkomunikasi dengan guru secara intens perihal kesulitan ananda dalam PJJ
Terkadang polemik pikiran dalam benak kebanyakan orang tua adalah guru itu super sibuk, sehingga tidak ada waktu buat menemui mereka, berdiskusi tentang putra-putri mereka.
Polemik lainnya adalah ketakutan kebanyakan orang tua kalau mereka mengkritik guru, putra-putri mereka akan mendapat nilai jelek di rapor. Guru akan sentimen pada putra-putri mereka.
Mungkin ada beberapa guru yang memang sibuk sekali dan bisa sentimen pada peserta didik. Karena guru juga manusia biasa. Bisa senang dan kesal.