Tidak jelasnya cara mengerjakan tugas karena kebanyakan guru sekolah "hanya" mengandalkan suara dalam menjelaskan, tanpa penggunaan ilustrasi dengan bantuan media lain sangatlah membingungkan peserta didik dalam memahami cara mengerjakan tugas.
2. Tugas yang dikerjakan terlalu banyak
Saya tidak habis pikir dengan kebanyakan guru sekolah yang menjadi wali kelas beberapa murid saya. Ada beberapa pertanyaan yang berkecamuk dalam benak.
Apakah kebanyakan guru berpikir peserta didik mempunyai banyak waktu di rumah, sehingga mereka memberikan tugas yang seabrek pada murid?
Apakah kebanyakan guru yakin kalau penjelasan mereka sudah jelas dipahami peserta didik, sehingga mereka pun dengan pede-nya memberikan setumpuk PR menggunung?
Apakah nanti PR-PR tersebut akan diperiksa atau tak jelas nilainya seperti PR-PR sebelumnya?
Kalau cuma 10 (sepuluh) nomor, masih bisa ditoleransi; tapi kalau sudah menyangkut jumlah soal yang mencapai ratusan, seperti yang dialami Doni (nama samaran), murid les saya yang berstatus siswa kelas 6 Sekolah Dasar, tentu saja sangat keterlaluan!
Minggu lalu, Guru kelas dari Doni memberikan PR, yaitu Doni harus mengerjakan soal-soal dari Tema 2, yang terdiri dari soal-soal dari Subtema 1, soal-soal dari Subtema 2, dan soal-soal dari Subtema 3.
Jumlahnya? Mencapai hampir seratus nomor! Apakah guru tersebut "kejar tayang" karena minggu depannya (yaitu minggu ini) akan dilaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS), sehingga guru tersebut bermaksud "menghabiskan materi pelajaran"?
Sepertinya begitu. Karena terlihat dari kecenderungan kebanyakan guru dari beberapa murid saya yang lain juga memberikan banyak soal menjelang dekatnya jadwal UTS dan Ujian Semester.
3. Tidak jelas kapan tugas harus dikumpulkan
Ini juga yang menjadi persoalan. Kebanyakan guru yang memberikan tugas kepada beberapa murid tidak memberitahu secara jelas kapan tugas harus dikumpulkan.
Dalam banyak kejadian, saya bingung dengan penugasan dari guru-guru tersebut dikarenakan jangka waktu pengerjaan tugas tidak jelas kapan harus diserahkan.