PJJ) sudah hampir tujuh bulan berjalan. Alih-alih membantu, banyak keluhan yang terlontar.
Pembelajaran Jarak Jauh ("Masa anak cuma disuruh kerjakan tugas. Lalu difoto. Kemudian kirim lewat WA. Setiap hari seperti itu. Dijelaskan lewat Zoom, tapi cuma sebentar. Tak jelas. Apalagi sekarang harus buat e-mail. Repot banget sih!"
Keluhan dari Pak Firman (bukan nama sebenarnya), seorang teman yang dulu berprofesi sebagai guru, sebenarnya juga saya alami.
Kalau beliau mengeluh hal tak menyenangkan yang dialami cucunya, sesungguhnya itu menjadi kejengkelan saya juga. Karena ada beberapa murid les saya yang mengalami hal serupa.
Masalah PJJ bagi peserta didik
Setelah tujuh bulan berjibaku dengan murid-murid les, saya melihat masalah yang dihadapi peserta didik dalam proses PJJ ini.
1. Tugas yang diberikan oleh kebanyakan guru tidak jelas bagaimana cara mengerjakanÂ
Saya tidak mempersalahkan tentang cara guru berbicara, karena setiap guru punya cara masing-masing dalam bertutur kata.
Namun, yang saya sesalkan adalah cara kebanyakan guru dari murid les saya dalam menjelaskan tugas yang harus dikerjakan.
Meskipun sudah dijelaskan lewat Zoom dan WA, tetap saja timbul kebingungan.
Setelah saya analisa, saya menemukan fakta bahwa kebanyakan guru yang mengajar murid-murid les saya hanya memberikan instruksi, seperti membuka halaman berapa, membahas materi secara lisan tanpa alat bantu mengajar (seperti papan tulis, video YouTube, dan lain sebagainya), dan setelah itu memberikan tugas yang harus peserta didik kerjakan secara mandiri di rumah.
Murid-murid saya bisa mengerjakan karena saya, sebagai guru les mereka, dapat membantu menjelaskan bagaimana cara mengerjakan tugas yang diberikan guru sekolah mereka.
Namun, bagaimana dengan peserta didik yang tidak seberuntung murid-murid les saya? Jangankan untuk membayar uang les. Untuk membeli bahan pokok sehari-hari saja mungkin sudah sukar mereka penuhi, khususnya bagi beberapa keluarga peserta didik yang berada dalam tingkat ekonomi menengah ke bawah.