“Hebat mainnya ya, Mas,” kata Doni kagum.
“Bukan hebat lagi. Luar biasa. Yang matanya masih bisa melihat aja belum tentu mahir bermain gitar seperti bapak itu,” sambung pegawai tersebut.
Di kesempatan lain, kalau dia pergi ke SPBU bersama motor andalan untuk mengisi bensin, bapak itu selalu ada. Memainkan gitarnya.
Meskipun bentuk gitar terlihat ‘cukup memprihatinkan’, tapi suaranya masih oke. Speaker membantu mengeraskan suara sehingga sampai ke telinga para pendengar.
Niat hati ingin berkenalan, namun Doni selalu sungkan. Maklum, sang bapak sedang memainkan gitar. Sedang mencari uang barang pengganjal perut untuk makan. Tak elok kalau dia mengajak ngobrol di saat bapak itu sedang bekerja.
Namun kesempatan datang tanpa direncanakan.
Doni waktu itu ingin membeli sabun, sikat gigi,dan pasta gigi di mini market di SPBU tersebut setelah selesai mengisi tangki motornya. “Takutnya nanti lupa,” kata Doni dalam hati.
Sekeluarnya dari mini market, Doni melihat lelaki pemain gitar itu duduk di dekat pintu mini market. Gitar tergeletak di sampingnya. Bapak itu sedang beristirahat, minum sejenak, sembari menikmati roti yang dipegangnya di tangan kanan.
Doni pun memberanikan diri untuk menyapa, “Panas banget hari ini ya, Pak.”
“Ooh, ya. Panas banget,” Agak kaget sang bapak waktu mendengar dirinya diajak bicara.
Doni duduk di sebelah sang bapak. Sang bapak diam saja. Menyesap air dalam botol minumnya.