Anda perlu mengenal lebih dekat sang doi, dari perkataaan dan tindak tanduk kesehariannya. Seperti poin pertama, Anda juga perlu menggali info dari anggota keluarga dan teman doi.Â
Yah, tidak apa berlaku seperti 'detektif'. Untuk kebaikan Anda juga. Daripada nanti Anda menyesal seperti Dina dan perempuan-perempuan lainnya.
Ketiga, Jangan terpaksa memilih karena faktor usia sudah tak muda lagi
Ibarat tenggat waktu sudah dekat, akibatnya semua cara dilakukan supaya mencapai tujuan.Â
Yang menjadi masalah, ini bukan perihal kerjaan, tapi masalah pasangan hidup. Memilih pasangan hidup tidak boleh gegabah.Â
Saya jadi teringat kata-kata dari Pak Heri, seorang rekan guru di SD terdahulu yang sekarang sudah pensiun.
Beliau mengatakan, "Kalau salah memasak sehingga nasi menjadi bubur, menyesalnya cuma satu hari. Besoknya bisa masak nasi yang baru. Kalau salah potong rambut, menyesalnya selama sebulan. Kita harus menunggu rambut tumbuh kembali selama sebulan. Kalau salah memilih calon suami atau istri, menyesalnya seumur hidup. Ya, terpaksa menerima nasib."
Jangan Anda memilih karena terpaksa disebabkan faktor usia sudah tak muda lagi. Karena kalau Anda salah memilih, Anda akan menyesal seumur hidup.
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna
Sekali lagi, saya mohon maaf, jika ada kata-kata saya dalam tulisan ini yang kurang berkenan di hati Anda. Saya hanya bermaksud baik untuk memberikan masukan pada Anda untuk berhati-hati dalam memilih calon suami, karena kalau Anda salah memilih, penyesalan seumur hidup yang akan Anda peroleh.
Hati-hati, sikap waspada yang tetap harus dijaga, supaya hidup jadi bermakna.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.