Tentu saja, jangan mengadopsi budaya barat mengenai "tinggal bersama sebelum menikah" yang alasannya adalah untuk mengenal lebih dekat satu sama lain. Jangan lakukan tindakan "tinggal bersama sebelum menikah".
Jangan!
Selain bertentangan dengan budaya timur, juga bertentangan dengan ajaran agama tentang moralitas.
Tanyakan pada calon kakak atau adik ipar atau mertua tentang kebiasaan, pola makan doi, dan lain sebagainya.Â
Mungkin Anda berpikir lagi, "Ah, nanti dikira kepo, pengin tahu."
Lebih baik Anda tahu kalau calon suami Anda tidak bisa makan seafood sebelum menikah daripada waktu Anda sudah menikah dengannya, Anda baru tahu kalau suami tidak bisa makan seafood plus tidak bisa makan yang lain-lain, dan setiap harinya hanya bisa makan tempe dan tahu saja!
Anda juga bisa menanyakan ke teman-teman kuliah atau rekan-rekan kerja doi. Biasanya mereka lebih objektif dalam menilai karakter doi, khususnya teman-teman yang tidak begitu akrab dengan doi.Â
Analisa berbagai info tersebut, apakah kebiasaan, pola makan, karakter, sifat, dan lain-lain dari sang doi sesuai dengan kebutuhan Anda akan suami yang ideal atau tidak.
Kedua, Telusuri motivasi sang doi yang sebenarnya sebelum menikah
Kejomplangan finansial mengambil porsi terbesar dari retaknya hubungan suami-istri, baik itu dari segi pemasukan suami yang kurang memadai; atau pendapatan istri yang lebih "superior" dibanding suami, dan suami merasa diri tak punya power, tak punya wibawa di rumah.
Selama 20 tahun lebih berprofesi sebagai guru, saya mendapati masalah finansiallah yang menjadi pemicu perceraian kebanyakan dari orangtua atau wali murid.