Syukur-syukur sang guru bisa membuat ringkasan materi dalam bentuk e-book yang akan sangat membantu orangtua dalam mendidik anak di rumah.
2. Lebih mengajarkan anak ke arah proses pembelajaran keterampilan daripada sekadar "hafalan" saja
Hafalan, hafalan, dan hafalan.
Saya mungkin termasuk guru yang tidak begitu suka dengan pola pendidikan di negara kita yang sepertinya "terlalu" mengindikasikan kesuksesan pendidikan hanya dari kisaran nilai-nilai di rapor dan ijazah.
Apakah nilai sembilan itu sudah mencerminkan bahwa kemampuan berbahasa Inggris sang anak di atas rata-rata?
Itu sebagai contoh. Jawabannya jelas belum tentu. Makanya, perlu lebih ditekankan perihal menguasai keterampilan daripada sekadar mengejar nilai bagus. Takutnya, nilai bagus hanya "topeng" yang mengaburkan kemampuan yang sebenarnya.Â
Hafalan penting, tapi kemampuan, keterampilan, jauh lebih penting.Â
3. Lebih bertenggang hati dalam memberikan Pekerjaan RumahÂ
Jangan terlalu banyak memberikan PR sehingga malah membebani peserta didik dan jawaban sedapat mungkin ada di buku pelajaran, bukan mencari di Google.
Ini berhubungan dengan pemaparan di atas. Mengurangi ketergantungan pada smartphone. Karena pada dasarnya, kebanyakan dari kita masih belum menggunakan smartphone sesuai dengan fungsinya.Â
Kita lebih menekankan pada "keinginan untuk bersenang-senang", daripada "kebutuhan untuk belajar (dan mencari uang)" dari smartphone.
Perlu, namun ada batasan
Apakah anak perlu memiliki smartphone?
Perlu, namun ada batasan-batasan, seperti yang sudah kita cermati sebelumnya. Perlu adanya sinergi yang baik antara orangtua, anak, dan guru, supaya anak bisa bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa.