Tapi, kenangan akan belajar yang menyenangkan bersama saya tidak hilang dari benak mayoritas mantan murid saya. Sampai sekarang, sudah lebih dari 20 tahun, mereka masih mengingat saya. Mereka masih ingat nama saya.Â
"Masih ingat saya, Pak Anton?"
"Siapa ya?"
"Bella. Dulu bapak ngajar saya di SD @nomention."
"Wah, maaf, Bella. Bapak sudah lupa."
"Ya, tidak apa, Pak. Kan mantan murid bapak banyak. Wajar kalau udah lupa. Lagipula sudah lama sekali. Bapak masih ngajar di sana?"
"Bapak sudah tidak ngajar di sana lagi."
"Wah, sayang. Bapak asyik ngajarnya. Nyanyi, main game. Pasti murid-muridnya merasa kehilangan bapak."
Bella (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu dari ribuan murid yang pernah saya didik. Komentar seperti Bella bagaikan setetes air di tengah padang pasir. Menyejukkan, tapi sekaligus mengharukan.Â
Menyejukkan, mengetahui fakta bahwa peserta didik menikmati proses belajar mengajar adalah suatu penghargaan yang tidak bisa diukur dengan uang.Â
Mengharukan, karena saya terpaksa harus mengecewakan mereka karena memutuskan pindah ke sekolah lain, memilih untuk tidak bersama mereka lagi karena sesuatu dan lain hal. Mereka merasa kehilangan sosok guru yang mereka sukai.Â