Belum lagi pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Menulis not balok berendeng seperti kecambah cukup menyiksa, meskipun kalau saya pikir sekarang, PR-nya tidak banyak. Hanya menulis sekitar lima baris saja sebenarnya tidak memberatkan.
Satu demi satu kakak saya berhenti les. Saya pun akhirnya juga ikut berhenti karena melihat kakak-kakak saya berhenti dan orangtua tidak memarahi.Â
Dari tujuh orang, hanya tinggal satu orang yang tetap belajar piano sampai dia selesai SMA dengan guru yang sama, bahkan setelah lulus SMA, berkarier sebagai guru piano di salah satu lembaga musik terkemuka di Jakarta.Â
Ini salah satu video permainan piano kakak saya ^_^.
Awal pandang...
Saya sempat belajar gitar waktu SMP, karena memang ada gitar kakak saya yang sulung di rumah. Kakak saya yang masih les piano sampai SMA tadi yang mengajarkan saya sedikit dasar pengetahuan permainan gitar klasik.Â
Selebihnya, saya belajar sendiri, autodidak, dari membaca dan mempraktekkan isi buku-buku seputar gitar klasik (belum ada internet waktu itu).Â
Saat itu, saya berpikir bahwa main gitar hanya untuk fun saja. Sampai saat kuliah pun, saya masih berpikiran seperti itu.Â
Namun setelah melihat salah satu teman guru menggunakan gitar untuk mengajak murid-murid menyanyi, kok tangan saya jadi "gatal" ingin gitaran, menggunakan gitar untuk mengajak murid menyanyi seperti teman saya itu.Â
Saya mencobanya dan ternyata antusiasme peserta didik dalam belajar bahasa Inggris meningkat karena ada unsur menyanyi tadi.
Mengiringi murid menyanyi di kelas dan juga terlibat dalam acara perpisahan murid kelas enam sudah pernah saya lakoni.Â
Yang saya sesalkan, saya tidak mendokumentasikan momen-momen itu. Tidak ada foto saat saya mengajak peserta didik menyanyi. Video juga tidak ada.Â