Yah, menjadi berbeda memang sulit. Mau maju tidaklah mudah.Â
Saya pribadi tidak memusingkan dan tidak memedulikan apa kata orang lain. Kita mau maju. Sejauh halal dan tidak merugikan orang lain, kita tidak usah peduli nyinyiran orang lain.Â
3. Kurangnya dukungan pemerintah terkait keberadaan komunitas dan ekskul bahasa Inggris di sekolah, lembaga pendidikan, dan masyarakat; serta kurikulum-kurikulum yang terlalu berpusat pada hasil "nilai" daripada hasil "keterampilan"
Saya melihat kurangnya dukungan pemerintah terkait keberadaan komunitas dan ekskul bahasa Inggris di sekolah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.Â
Saya punya beberapa murid les yang menceritakan kalau di sekolah-sekolah mereka, SMP dan SMA/SMK, ekskul English Club kurang diminati siswa-siswi.Â
Membosankan. Begitu kata mereka. Guru pembina ekskul juga tidak memberikan inovasi dan terobosan baru selain hanya berkumpul di satu hari tertentu dan berdiskusi. Tidak ada program yang lain selain berdiskusi.Â
Malah ada murid-murid les saya yang mengatakan kalau ekskul english club di sekolah-sekolah mereka sudah tidak ada lagi. Hilang, karena tidak ada peminatnya.Â
Kalau seandainya ada stimulus dari pemerintah daerah untuk kemajuan penguasaan bahasa Inggris para pelajar, niscaya para pelajar akan mahir berbahasa Inggris.
Stimulus itu bisa berupa dana khusus untuk pengembangan english club di sekolah-sekolah supaya kegiatannya tidak berdiskusi melulu.Â
Selain itu, ada pelatihan untuk guru-guru bahasa Inggris supaya mereka bisa mendapat "ilmu baru" yang mereka dapat terapkan di dalam proses belajar mengajar di sekolah dan di ekskul english club.Â
Kurikulum juga alangkah baiknya "dirombak total".Â