Jangan timbul rasa belas kasihan. Jangan tergoda untuk memberikan tumpangan kepada si anjal, karena Anda tak mengenalnya.Â
Seandainya Anda membutuhkan suatu produk tertentu, dan ada dua orang yang menjual produk yang Anda butuhkan. Orang pertama adalah orang asing yang tidak Anda kenal, dan orang kedua adalah teman SMA Anda dulu yang Anda sudah kenal akrab. Pertanyaannya : Anda membeli produk tersebut dari orang asing yang tidak Anda kenal atau dari teman SMA yang Anda sudah kenal akrab?
Bisa dipastikan, Anda akan membeli dari teman SMA Anda, karena Anda mengenalnya, Anda percaya padanya.
Dalam kasus anjal ini, Anda tidak mengenalnya. Jadi jangan hiraukan perkataan si anjal. Jangan turuti apa maunya. Kemungkinan ada niat buruk dari si anjal atau dari orang yang memanfaatkan anjal tersebut.
2. Jangan menatap mata si anjal
Tiadanya kontak mata terkadang diidentikkan dengan ketidaksopanan atau kurangnya etika dalam berkomunikasi.
Namun, dalam hal ini, memalingkan mata dari tatapan anjal adalah hal teraman yang bisa Anda lakukan. Untuk mencegah terjadinya hipnotis. Cukup memantau dari sudut mata saja.
"Ah, takut hipnotis berarti iman percayanya kurang."
Ada salah satu teman, sebut saja Dino, berkata seperti itu.
Ya, terserah apa kata orang, namun kan lebih baik mencegah daripada mengobati.Â
Kalau Anda mempunyai kaca helm yang ada visor atau kaca helm yang tidak tembus pandang, lebih baik Anda kenakan. Dengan begitu, si anjal tidak tahu kalau sebenarnya Anda tidak memandang matanya, dan terutama dia tidak tahu wajah Anda.
3. Sedapat mungkin hindari kontak fisik dan bekali diri dengan semprotan merica untuk melindungi diri atau sedikit pengetahuan tentang bela diriÂ
Usahakan jaga jarak, jangan sampai terjadi kontak fisik, semisal si anjal menyentuh Anda di lengan, siku, atau menyentuh jaket yang Anda kenakan. Selain ada kemungkinan mempunyai niat tidak baik, juga ada kemungkinan terkena hipnotis lewat sentuhan.