"Supaya Beni ingat sama janji Beni," kata Ayah, sambil menempelkan foto seukuran kertas A4 di dinding kamar, dan menempelkan juga di buku gambar yang selalu kubawa ke sekolah.
Esok pagi, menghitung hari dimulai. Hari pertama, aku sempat lupa dengan janjiku waktu menjejakkan kaki di halaman sekolah.
"Eh," kata Ayah, "Jangan lupa janjinya. Mau dapat sepeda, harus langsung masuk kelas."
Aku masuk kelas tanpa banyak bicara. Demi sepeda roda tiga, aku menurut.
Hari pertama berlalu.
Esok pagi, hari kedua juga berlalu begitu rupa.
Hari ketiga, berjalan seperti hari pertama dan kedua.
Namun hari keempat, aku mulai bosan lagi dengan belajar di dalam kelas. Nulis melulu. Bosan.
"Ayah tahu kalau Beni bosan. Tapi memang begitu, Ben. Belajar memang bosan awalnya. Lama-lama terbiasa kok.
"Ayolah. Kan gak susah. Beni duduk di kursi, perhatikan Bu Guru waktu jelaskan di depan kelas, dengarkan, terus kerjakan apa yang disuruh Bu Guru. Gak lama belajarnya. Kan Beni masih kelas satu.
"Lagian sisa tiga hari lagi untuk dapetin sepeda. Beni pasti bisa. Sayang, sisa tiga hari lagi," kata Ayah, sambil memperlihatkan foto sepeda roda tiga di buku gambarku.