Namun, "kualitas" banjir yang ada saat ini melebihi kualitas banjir langganan.
Menurut berita dari Tribun Kaltim dan Kompas, daerah yang mengalami banjir terparah adalah yang berada di kawasan Kecamatan Samarinda Utara, yaitu di kawasan Perumahan Bengkuring, Griya Mukti dan Gunung Lingai. Ketinggian banjir bervariasi, mulai dari 25 cm sampai 75 cm.
Kecamatan Samarinda Ulu, Ilir, dan Sungai Pinang juga mengalami banjir, namun hanya menjadi area pelintasan air banjir saja, sehingga diprediksi akan cepat surut di tiga kecamatan ini.
Menurut data yang diberikan oleh Sekretaris Pemkot Samarinda, Sugeng Chairuddin, sebanyak 10.300 warga yang terdampak dan terbagi dalam beberapa kawasan.Â
Di Bengkuring terdiri dari 15 RT, 700 Kepala Keluarga yang totalnya 2,300 jiwa.
Perum Griya Mukti, 12 RT, dan 6 ribu jiwa.
Di Gunung Lingai, 2 ribu jiwa.Â
(data Kompas di hari Minggu, 9 Juni 2019, pukul 21.30 WITA)
Mengapa banjir terjadi (lagi)?
Masih menurut Sugeng Chairuddin, banjir pada hari Minggu, 9 Juni 2019 kemarin (dan juga masih belum surut sampai saat ini), dikarenakan ada tiga sebab.
1. Level Sungai Mahakam yang naik karena Hulu Mahakam hujan.
Debit air yang melimpah, karena hujan lebat terjadi di hulu sungai Mahakam, sehingga air mengalir begitu derasnya dari hulu ke hilir, sehingga ketinggian air di hilir sungai Mahakam terus meningkat.
Saya sendiri melihat ketinggian air terus naik, dari dua minggu yang lalu, meskipun di Samarinda, hujan tidak setiap hari melanda. Saya rutin melewati Jembatan Baru di Jalan Agus Salim, dan saya melihat peningkatan tinggi air terus terjadi.