Saya sih tidak masalah dengan itu. Wajar saja. Karena saya tidak bisa menyenangkan semua orang. Saya sudah berbuat baik pun, masih ada yang membenci. Untuk apa pusing dengan mantan murid yang tidak sopan dan hormat pada saya ^_^.
Waktu saya masih dalam kondisi berlari, dari atas tanjakan ke bawah, ada seorang ibu beserta perempuan muda, yang saya perkirakan anaknya, mengendarai sepeda motor ke arah saya.
"Ah, mungkin nanya alamat," pikir saya.
Memang di perumahan yang barusan saya lalui sangat berliku-liku, berkelok-kelok, sehingga kalau tidak tahu alamatnya dengan lengkap, dan tidak tahu seluk-beluk perumahan, bisa pusing mencari rumah tujuan.
"Halo, Pak. Apa kabar?" sapa si ibu.
Aduh, pasti ini salah orang lagi, keluh saya.
"Maaf, Bu. Ibu siapa ya?"
"Kita kan sama-sama kuliah di Universitas @nomention dulu," si ibu berusaha menyegarkan ingatan saya ^_^.
"Maaf, Bu, saya tidak pernah kuliah di Universitas @nomention," saya tersenyum.
"Oh, maaf, Pak. Soalnya mirip teman kuliah saya," ibu itu pun berlalu.
Wah, sayang. Coba seandainya si ibu nanya, "Mau nggak ngelamar anak perempuan saya?" Pasti saya jawab, "Ya, mau lah, Bu. Masa anak perempuan secantik anak ibu saya tolak ^_^."