Tak heran, generasi muda merasa asing dengan dunia pertanian, meskipun mereka lahir dan besar di dunia itu. Karena tidak ada yang mengajar dan membimbing mereka di dalam mengusahakan pertanian.
4. Kebanyakan lulusan fakultas pertanian tak mau jadi petani
Ini menjadi ironi. Menyandang status Sarjana Pertanian, tapi berkecimpung di bidang lain yang sama sekali melenceng dari disiplin ilmu yang diperoleh.
Di satu sisi, tidak bisa menyalahkan kalau mereka memilih pekerjaan yang berbeda jauh dari bidang pertanian.
Kalau orangtua yang menyarankan, meminta mereka untuk bergelut di profesi lain, karena kebanyakan orangtua yang berprofesi sebagai petani, tidak ingin anak-anak mereka mengikuti jejak yang sama.
Lagipula, dalam pikiran orangtua, untuk apa kuliah tinggi-tinggi, sudah jadi sarjana, kalau ujungnya, jadi petani juga. Profesi pekerja kantoran, memakai jas lengkap dengan dasi, mendapat gaji bulanan yang tetap, semua itu adalah idaman bagi mereka, para orangtua petani untuk anak-anak mereka.
Kalau dari sisi lain, yaitu sisi generasi muda penyandang gelar Sarjana Pertanian adalah kebanyakan dari mereka tidak ingin berpeluh keringat bercampur tanah di tengah panas terik matahari di tengah sawah. Mungkin mereka sudah 'terkontaminasi' dengan ruang yang sejuk berpendingin, sehingga mereka mengharapkan mendapat pekerjaan yang nyaman di kantor atau instansi tertentu yang bebas dari hama dan tanah.
Belum lagi kalau menghadapi hama, gagal panen pun bisa terjadi. Otomatis, penghasilan dari penjualan panen, yang diharapkan besar, menjadi buyar. Ketidakpastian pendapatan itulah yang menyebabkan mereka ingin berkarier sebagai karyawan.
Terutama, kebanyakan hasil dari menjual panen tidak seberapa dibanding kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari, dan juga untuk membayar biaya-biaya yang berjenjang ke masa depan seperti : biaya sekolah, kuliah, cicilan kendaraan bermotor, cicilan pembelian rumah, tabungan dana pensiun, dan sebagainya.
5. Infrastruktur desa yang tidak memadai
Pasti sudah tidak asing lagi dengan tugas menggambar sewaktu kecil dulu di SD.Â
Dulu, saya menggambar dua gunung sebelah menyebelah, dan matahari ada di tengah-tengah dua gunung tersebut, dan di depan gunung-gunung, terpapar sawah. Para petani menanam padi di sawah waktu pagi, dengan diiringi kicau burung.
Teman-teman saya pun menggambar hal yang serupa.