Selebihnya, saya tak ingat apa yang kami perbincangkan. Saya lupa berapa minus dan silindernya. Lima tahun yang lalu. Sayangnya, pengalaman itu tidak saya catat di jurnal saya waktu itu.
Yang jelas, miris melihat anak usia dini, pra-sekolah, sudah berkacamata. Dunianya, dunia penglihatan, dibatasi oleh bingkai kacamata dengan ukuran sekitar lima kali tiga senti. Padahal seharusnya, dunia luas bisa anak itu nikmati tanpa dibatasi lingkup batas bingkai kacamata.
Itu lima tahun yang lalu. Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, banyak bermunculan hape-hape canggih dengan fitur-fitur mumpuni, dan melihat kecenderungan sekarang, layak disebut kesehatan mata anak Indonesia sedang dalam kondisi terancam, jika tidak ditangani dengan segera.Â
Lebih baik mencegah daripada mengobati
Kalimat pencegahan seperti di atas sudah awam diketahui. Sakit, siapa sih yang ingin? Mencegah memang lebih baik. Sakit? Berat di ongkos.
Yang membedakan sakit ini dengan sakit-sakit yang lain adalah kalau sakit-sakit yang lain, seperti diare, tifus, DBD, dan sebagainya, kewajiban minum obat hanya satu hingga mungkin tujuh hari atau lebih. Setelah itu, sembuh total. Tak perlu minum obat lagi.
Sakit "Minus" atau "Silinder" ini tidak sama dengan sakit-sakit yang lain. Kalau yang lain, obatnya hanya hitungan hari dikonsumsi, obat untuk mata "minus" dan "silinder" ini tidak ada batas waktu penggunaan. Selamanya. Selama hayat masih dikandung badan.
"Minum jus wortel banyak-banyak dan teratur. Pasti sembuh," kata salah satu teman saya, Dodi (bukan nama sebenarnya), yang mengemukakan opini, yang sebenarnya sudah basi, kadaluarsa. Opini yang keliru.
"Kalau memang ampuh, pasti tidak ada lagi yang matanya minus. Termasuk aku, karena aku juga dulu konsumsi jus wortel waktu kecil, tapi gak sembuh juga."
"Lalu gimana ya ngobatinnya?"
"Ya, kalau sudah terlanjur, ya tidak bisa, tapi kalau mencegah terjadinya, itu bisa, meskipun tidak menjamin bebas kacamata. Misalnya, selain minum jus wortel tadi untuk mencegah, bisa juga dengan membatasi penggunaan gawai. Di hari Senin sampai Jumat tidak boleh menggunakan. Hanya boleh di akhir pekan. Sabtu dan Minggu baru boleh digunakan anak. Itu pun jangan sampai berjam-jam, apalagi sampai larut malam".
 Beberapa muridku ada yang mendapat aturan seperti itu dari orangtua mereka. Mata mereka sehat, juga pribadi mereka baik, sopan. Kalau masalah sopan sih, tergantung didikan orangtua, tak ada hubungannya dengan penggunaan gawai, hehehe.Â