"Bajunya gak bagus. Ganti yang lain."
Saya cuma mengiyakan atau memberikan simbol emoticon senyum di pesan singkat jika menjumpai masukan-masukan seperti ini.
Apakah mereka salah? Tidak, namun bagi saya, mereka tidak menerima saya apa adanya.
"Lho, kan mereka memberi masukan bagimu untuk jadi lebih baik," kata Reno (bukan nama sebenarnya), salah seorang teman saya.
"Baik menurut mereka. Belum tentu baik menurutku," jawab saya pada Reno.Â
Menurut saya, kalau orang itu merasa nyaman dengan penampilannya dan penampilannya di atas pentas atau di video tidak mengganggu orang lain, ya berarti tidak masalah.
Saya menerima penampilan orang lain meskipun menurut saya, ada kekurangan.
Apa untungnya mengritik? Kan lebih baik memuji ketimbang mengritik. Memotivasi orang lain untuk berkarya lebih bermanfaat daripada mengritik yang pada akhirnya malah orang tersebut berhenti berkarya gara-gara kritik saya.Â
Termasuk dalam kondisi ekonomi sulit pun, sahabat akan tetap ada. Tidak menjauh. Tidak menjaga jarak. Dan yang jelas, tidak mengritik atau mempersalahkan kita, namun memberi semangat dan motivasi untuk maju.Â
2. Berada di sebelah kita saat kita disudutkan. Tetap mendukung apa pun yang terjadi pada kita saat titik terendah di hidup kita dalam doa, dana, maupun kata-kata yang membangun
Teman disebut sebagai sahabat waktu teman tersebut tetap mendukung kita sekalipun kita berada dalam masalah. Tidak sulit mengakui kita sebagai sahabat di kala kita sukses. Tapi apakah ada yang mengakui kita; di saat kita terpuruk, teraniaya, ternoda nama baik kita?Â
Kalau ada yang seperti itu, tetap mengakui kita apa pun keadaan buruk yang kita hadapi, maka mereka itulah sahabat kita. Sahabat sejati.