Seperti ada peribahasa yang pernah saya dengar, "Kalau bergaul dengan penjual parfum, maka kita ketularan harumnya."
Saya melihat contoh konkretnya terjadi pada teman saya yang memang berteman dengan penjual parfum.Â
Namun kalau berteman dengan pencuri atau yang sejenisnya, tentu akan bisa merusak.
Kalau dalam kasus teman saya yang berteman dengan penjual parfum itu tentu saja positif, karena dia jadi menyadari kalau bau badannya tidak 'sedap', sehingga perlu parfum untuk menyegarkan bau badan.
Berbeda kalau berteman dengan perokok seperti Riko (bukan nama sebenarnya). "Aku terpengaruh karena teman-temanku mengolok-olok banci kalau tidak merokok."
Supaya teman-temannya menerima dia sebagai anggota, Riko pun ikut merokok. Setelah dewasa, dia tak bisa lepas dari rokok. Tepatnya, kemauannya tidak kuat.
Ketiga - Keluarga
Mungkin Anda berpikir, "Kok keluarga ditempatkan terakhir?"
Justru karena paling penting, maka saya menempatkannya di akhir. Ibaratnya, pertunjukan yang paling dinanti, dan biasanya, kalau dalam pidato, poin terakhir yang biasanya lebih diingat daripada poin-poin sebelumnya.
Saya tak perlu menjelaskan betapa vitalnya peran orangtua terhadap kepribadian anak, karena sejak bayi, anak mendapat pendidikan, entah benar atau salah, dari orangtua.Â
Mereka harus tetap bertanggungjawab secara penuh, karena sekolah hanya bersifat mengajar. Mendidik termasuk dalam kurikulum, namun tentu saja, satu guru tak bisa mendidik anak-anak sejumlah empat puluh siswa ^_^.
Dan jelas tidak mungkin sekolah yang menanggung pendidikan anak sepenuhnya karena yang menjadi masalah adalah anak-anak cuma punya waktu belajar 5-6 jam di sekolah. Berarti ada 18-19 jam di luar sekolah (baca : rumah). Sekolah tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di luar sekolah. Orangtualah yang harusnya mengontrol.