Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Hobi Menjadi Profesi, Adakah Tekanan?

16 Desember 2023   20:52 Diperbarui: 21 Desember 2023   17:32 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari unsplash via kompas.com

Dari sekian banyak jenis hobi, tidak sedikit yang akhirnya menjadi sebuah profesi, seperti penulis, pemain bola, penyanyi, fotografer, penari, pelukis dan lain-lain. Tidak main-main, profesi tersebut ada yang justru dapat meraup cuan lebih besar daripada pekerjaan yang berasal dari sebuah cita-cita. 

Kita lihat saja, berapa gaji pemain bola profesional dunia? Berapa honor penyanyi yang ada di panggung megah suatu studio televisi?

Betapa menyenangkannya jika kegiatan-kegiatan hobi tersebut justru dapat menghasilkan uang. Tidak sedikit orang yang justru meninggalkan pekerjaan utamanya demi menekuni hobi dan dijadikan pekerjaan. Pasti dipikir sangat bahagia hidupnya dan merasa bekerja tanpa dipaksa.

Adakah tekanan dari pekerjaan yang sejatinya adalah sebuah hobi? Hobi yang awalnya dijadikan kegiatan untuk bersenang-senang, dilakukan sesuka hati saja. Tetapi, ketika telah menjadi suatu pekerjaan, maka harus bersedia memenuhi tuntutan pasar.

Hobi yang awalnya dilakukan di waktu senggang, harus dilakukan sesuai kebutuhan jika telah menjadi pekerjaan. Misalnya, seseorang dengan hobi menulis yang awalnya hanya untuk bersenang-senang meluapkan perasaan, maka ketika menulis telah menjadi suatu pekerjaan, menulis memiliki kriteria tertentu sesuai dengan tuntutan client. 

Misalnya menulis untuk media massa, dituntut untuk menulis sesuai dengan kriteria yang berlaku. Atau menulis untuk sebuah perusahaan, suka tidak suka harus sesuai dengan kemauan client, bukan menulis sesuai isi hati belaka.

Begitu pun dengan hobi-hobi lain. Penyanyi profesional, tentu tidak dapat seenaknya seperti ketika bernyanyi di kamar mandi. Terdapat tekanan untuk dapat memenuhi minat pasar. Dari segi penampilan maupun kualitas yang lebih baik lagi.

Walaupun awalnya adalah sebuah hobi yang akan dengan bahagia dilakukannya, tetap akan ada tekanan untuk berusaha lebih baik lagi dan berhasil dalam persaingan. 

Misalnya, seorang video kreator yang awalnya hanya hobi mengambil gambar dan mengabadikannya di sosial media, akhirnya menjadikan video kreator sebagai pekerjaan, maka akan selalu dituntut untuk menghasilkan video yang lebih baik lagi dan sesuai dengan kebutuhan zaman agar tetap laris dan dinikmati penggemarnya.

Walau profesi itu berasal dari sebuah hobi, tentu tidak dapat dilakukan dengan asal-asalan saja. Tetap butuh diasah terus kemampuannya, agar hobi yang menjadi profesi itu mampu bersaing secara global.

Hobi menulis menjadi profesi

Untuk lebih terperinci lagi, saya akan mengulas hobi menulis yang sejak SMP saya coba tekuni. Awalnya saya hanya menulis buku harian sebagaimana remaja tahun 90an. Saat itu belum ada sosial media sebagai platform untuk curhat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun