Jika guru hanya berpikir mengajar dan terima gaji, mungkin objektifnya adalah menyelesaikan semua  materi sesuai durasi yang sudah ditentukan. Satu semester menyelesaikan materi sesuai dengan ketentuan dalam silabus. Namun, guru yang tergerak dan mau bergerak, menyelesaikan materi bukannya satu-satunya target dalam proses pembelajaran. Guru yang tergerak dan pembelajarannya berpihak pada murid akan tumbuh visi dalam dirinya untuk anak bangsa.
Visi dirumuskan agar pembelajaran langsung ditujukan untuk mewujudkan mimpi murid. Maka guru perlu mengidentifikasi terlebih dahulu potensi yang dimiliki murid, guru dan sekolah. Untuk merumuskan visi, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif.
Dilansir dari materi Modul 1.3 dalam Pendidikan Guru Penggerak yang berjudul Visi Guru Penggerak bahwa menurut Townsin seorang Psikolog Organisasi menjelaskan inkuiri apresiatif dapat menyuntikan energi, harapan dan optimisme ketika kebutuhan untuk perubahan telah teridentifikasi.
Maka perlu melakukan pendekatan inkuiri apresiatif yang arahnya mampu mengidentifikasi kemampuan/potensi yang dimiliki 'murid, guru dan sekolah', cara mempertahankannya, cara mengembangkannya dan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan itu semua.
Guru Penggerak dapat menerapkan pendekatan inkuiri apresistif dengan langkah-langkah yang dilakukan menggunakan metode BAGJA. BAGJA adalah akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil Pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi.
- Buat pertanyaan untuk menentukan ke arah mana identifikasi kebutuhan yang merujuk pada visi.
- Ambil Pelajaran menelisik potensi apa saja yang dimiliki murid, guru dan sarana sekolah untuk dijadikan pembelajaran pendukung visi.
- Gali mimpi berisi tujuan/angan untuk kemajuan dan perubahan. Dari gali mimpi itulah visi akan terumuskan.
- Jabarkan rencana berisi rencana-rencana yang akan ditindaklanjuti dalam perumusan visi.
- Atur eksekusi berisi langkah-langkah transformasi dari mimpi ke rencana dan dari rencana menjadi nyata.
Di dalam ulasan kali ini, sebagai Calon Guru Penggerak (CGP), saya akan merumuskan suatu visi yaitu "Mewujudkan murid yang religius dan mampu berinovasi sesuai dengan profil pelajar Pancasila". Untuk mewujudkan visi tersebut maka guru membuat Prakarsa perubahan, "Meningkatkan nilai religius dan inovatif melalui pemanfaatan maksimal fasilitas yang ada di sekolah".
Langkah-langkah dalam merumuskan visi di atas saya menggunakan metode BAGJA untuk mempermudah perumusan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Buat Pertanyaan Utama
Terdapat dua hal utama yang perlu diperhatikan saat hendak menetukan pertanyaan utama secara umum. Hal ini diperhatikan agar ranah pertanyaan tepat sasaran.
- Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah penyelidikan kekuatan/potensi/ peluang; mendefinisikan tujuan; pertanyaan dibuat untuk memprovokasi/ menginisiasi perubahan/Prakarsa.
- Melakukan tindakan untuk menggalang atau membangun koalisi/tim perubahan > dukungan, urgensitas.
Dari dua petunjuk pertanyaan tersebut, saya membuat pertanyaan sesuai dengan potensi yang ada di sekolah yang masih patut dikembangkan lagi. Pertanyaannya sebagai berikut:
- Â Bagaimana cara menanamkan nilai religius murid dan guru agar memiliki budi pekerti yang luhur?
- Bagaimana cara agar murid dan guru terus mampu berinovasi dalam pembelajaran di era digital?
Pertanyaan ini muncul karena urgensitas moral dan budi pekerti yang penanganannya merujuk pada nilai religius. Dan soal berikutnya merujuk pada tugas seorang guru dan murid di sekolah yaitu belajar, berkembang dan  mampu memenuhi tuntutan berinovasi.
Tindakan/penyelidikan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
- Menggali potensi religius yang pasti telah dimiliki seluruh individu.
- Mengenali perkembangan zaman murid dan fasilitas digital apa yang diminati.
Ambil Pelajaran
Terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengambil pelajaran dari perumusan visi guru. Dengan begitu sasarannya tepat dan dapat menyelesaikan target.
- Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali kekuatan/potensi/peluang lewat penyelidikan; mengidentifikasi/ mengapresiasi yang terbaik dari apa yang telah ada, menemukan "inti positif"; setiap pertanyaan dibuat dengan hatihati dan sifatnya positif.
- Menentukan cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsur
Munculah pertanyaan lanjutan dari pertanyaan di atas sebelumnya. Pertanyaan ini untuk spesifikasi tindakan ke depan.
- Kegiatan apa saja yang dapat menggali nilai religius?
- Kegiatan apa saja yang dapat dilaksanakan dalam mewujudkan pembelajaran yang inovatif?
Setelah menilik pertanyaan lanjutan, mulai berpikir tindakan yang perlu dilakukan. Tentu penyelidikan ini mengerah pada potensi dan kemampuan yang berpihak pada murid.
- Kegiatan religi yang dapat dan telah diterapkan di sekolah adalah berdoa menurut keyakinan masing-masing sebelum dan setelah belajar, memperingati hari besar keagamaan. Untuk tambahan rasanya perlu diadakan siraman rohani oleh tokoh agama untuk memperkuat nilai religi dan tolerasi terhadap sesame sebagaimana anjuran Tuhan YME.
- Guru perlu merintis komunitas praktisi agar dapat berkolaborasi dengan teman sejawat untuk sharing soal berinovasi dalam pembelajaran. Guru juga dapat langsung berfokus pada sasaran yaitu murid. Lagi pula murid juga secara dominan memiliki sarana gadget untuk mendukung inovasi secara digital. Di sekolah juga terdapat sarana penunjang seperti Komputer dan tablet.
Dua tindakan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan seberapa jauh potensi yang telah dimiliki dan seberapa penting untuk ditindak lanjuti. Yang saya temukan pada murid di sekolah, secara pemahaman teori keagamaan, mereka dapat dikatanya baik. Banyak ditantaranya melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan juga. Tetapi secara penerapan di dalam pergaulan sekolah dan masyarakat masih perlu pematangan. Seperti menghentikan perundungan dan saling toleransi antar teman yang berbeda.
Untuk perkembangan zaman yang diminati murid di sekolah cenderung pada sosial media berbasis video seperti TikTok dan YouTube yang diminati. Selain itu sejumlah nama mobile games juga menjadi minat para murid lelaki. Tidak ketinggalan film-film anime yang digandunggi para murid yang menamakan diri mereka anime lovers atau wibu.
Gali Mimpi
Sebenarnya mimpi guru, murid dan sekolah itu pasti sangat banyak. Seiring kemajuan teknologi yang mempermudah untuk mengakses informasi, banyak diketahui sekolah-sekolah maju di luar sana. Tentu terketuk dalam hati untuk mampu semaju sekolah-sekolah lain. Tetapi pada ulasan kali ini, saya berfokus pada mimpi yang dapat merumuskan visi.
- Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud
- Membayangkan dan menggambarkan masa depan.
- Gambaran masa depan dimunculkan dari contohcontoh yang membumi dari masa lalu yang positif.
- Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multi unsur (kapan, di mana, siapa saja.
Dari penyataan di atas, dapat ditarik pertanyaan sederhana sebagai berikut:
- Seperti apa murid impian itu?
- Seperti apa guru impian itu?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu mengenali potensi diri dan Impian-impian ke depan. Ingin seperti apakah kita?
- Murid impian adalah murid yang religius dan berbudi pekerti yang luhur serta mampu berinovasi mengikuti perkembangan zaman sesuai profil pelajar Pancasila.
- Guru Impian adalah guru yang mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat, terus memperbaharui pengetahuan dan mampu menerapkannya pada murid dalam pembelajaran.
Sudahkah Impian itu terwujud sekarang? Mulai kapan memujudkannya? Tentu mulai dari sekarang. Jika merasa telah memenuhi mimpi-mimpi tersebut, maka tugas guru dan murid adalah mempertahankannya serta mengembangkannya.
Nilai religius itu sejatinya telah dimiliki seluruh individu, tetapi pendalaman iman dan bergaul itu fleksibel dan dapat berubah-ubah. Maka perlu diwujudkan insan yang terus taat kepada Tuhan dan mencintai sesama.
Begitu juga dengan peradaban yang inovatif. Perkembangan zaman terus bergulir. Tidak bisa merasa puas karena telah berinovasi dan berhenti. Inovasi tetap harus terus dilaksanakan kapan pun, di mana pun dan oleh siapa pun. Diharapkan murid-murid yang terus maju dan dapat membaca kesempatan di eranya. Dapat mempertahankan hidup di antara gencaran kemajuan.Â
Jabarkan Rencana
Dalam menjabarkan rencana, perlu diperhatikan beberapa poin penting. Poin-poin penting ini adalah rancangan untuk mewujudkan visi.
- Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkahlangkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera, dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian.
- Menciptakan organisasi yang ideal demi mencapai mimpi.
- Mempertahankan perubahan positif, atau menindaklanjuti masa lalu organisasi yang paling positif dan potensial.
- Menyusun definisi kesuksesan pencapaian bertahan.
Dari poin-poin di atas, muncul pertanyaan lanjutan agar rencana dapat terjabar dengan jelas. Pertanyaan yang tujuannya menjabarkan rencana secara gamblang.
- Bagaimana menggali, mempertahankan dan meningkatkan nilai religius?
- Bagaimana menciptakan kegiatan yang inovatif sesuai perkembangan zaman di dalam pembelajaran?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut butuh penjabaran yang jelas dalam perencanaanya. Perencanaan tidak dapat dilakukan sendiri, di sinilah perlunya kolaborasi antar perangkat sekolah. Maka rancangan untuk tindakan kongkret yang perlu dilaksankan berdasarkan potensi yang telah dimiliki.
- Kegiatan untuk mempertahankan dan mengembangkan nilai religius adalah dengan melaksanakan rutinitas berdoa menurut keyakinan, berkoordinasi dengan perangkat sekolah untuk menyelenggarakan hari besar keagamaan. Tidak perlu mewah, sederhana saja untuk menanamkan kerohanian religi dalam diri. Perlu kiranya merencanakan mengundang tokoh agama terpercaya untuk memberi penguatan.
- Merintis komunitas praktisi bersama rekan guru guna berkolaborasi menciptakan pembelajaran yang inovatif dan berpihak pada murid tentunya. Melakukan pendekatan kepada murid dan mengobservasi minat belajarnya, guna menemukan strategi yang tepat untuk diimplementasikan.
Dalam berinovasi tak luput dari kemampuan dan kemauan murid itu sendiri. Kenyamanan dan tanpa paksaan menjadi prioritas. Maka, saya sebagai guru yang telah menemukan potensi npada siswa melalui obaservasi, berencana untuk memaksimalkan penggunaan sosial media, gaming, film animasi dalam pembelajaran dan menugasan.
Atur Eksekusi
Pada tahapan terakhir ini adalah tahapan perantara antara rencana dan perwujudan nyata. Pada tahapan ini rencana akan bertransformasi ke dalam aksi.
- Menentukan siapa yang berperan dalam pengambilan keputusan.
- Merupakan awal dari penciptaan 'budaya belajar apresiatif' yang berkelanjutan.
- Â Menyelaraskan interaksi setiap orang (unsur) terlibat agar dapat bersama-sama menciptakan (co-create) masa depan.
- Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: protokol/SOP, knowledge management, monev/refleksi.
Petanyaan yang muncul ketika aksi akan dieksekusi adalah pertanyaan cara kerja. Bagaiamana agar kerja sesuai porsi dan visi terwujud.
- Kegiatan apa yang telah ada dan hendak kembangkan dalam mempertahankan nilai religius?
- Strategi bagaimana agar pembelajaran yang inovatif terwujud?
Untuk menjawab ini, lagi-lagi guru tidak dapat melakukannya sendiri. Maka saya sebagai guru berusaha melakukan kolaborasi.
- Pertama saya merintis komunitas praktisi bersama teman sejawat, di mana komunitas ini berpusat pada perkembangan murid. Komunitas yang dirintis adalah Komunitas Murid Bertalenta. Dalam komunitas ini, murid dapat berkembang sesuai minatnya. Beberapa program dalam komunitas diantaranya: English Camp, Pelatihan Penggunaan Komputer dan Public Speaking.
- Kedua, saya mendekati murid untuk melakukan observasi. Banyak hal yang saya temukan. Dari kebiasaan mereka belajar dan pembelajaran yang mereka inginkan.
- Ketiga, saya menyesuaikan kebiasaan murid yang tak lepas dari gadget. Baik ponsel maupun Komputer. Penggunaan sosial media yang hampir sepanjang hari, mobile gaming yang bahkan pernah mengikuti turnamen, film anime yang mendarah daging. Maka dalam pembelajaran, saya mencoba untuk memasukkan diri ke dalam dunia mereka. Ada tugas yang diunggah di sosial media, ada tugas mengidentifikasi alur game, ada membuat animasi melalui aplikasi komik.
- Disadari bahwa perkembangan terus berlangsung, maka inovasi tidak cukup sampai di sini. Inovasi-inovasi berikutnya terus menanti.
Demikian penjabaran metode BAGJA dalam merumuskan visi guru penggerak melalui apresiatif inkuiri. Sangat berharap visi dapat terealisasi demi terwujudnya sasaran kecil yang mengarah pada profil pelajar Pancasila.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H