Mohon tunggu...
Halis Idris
Halis Idris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Bodoh II

25 Februari 2018   11:25 Diperbarui: 25 Februari 2018   11:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***  

Tidak terasa sudah empat tahun berlalu semenjak aku menjadi mahasiswa di kampus ini. Dan akhirnya aku akan di wisuda. Perjalanan yang sangat panjang, perjuangan yang sangat melelahkan untuk memenuhi tuntutan ayah.  Aku berharap setelah ini,  ayah akan mengerti dengan diriku. Tahu mimpiku, tahu apa yang ku inginkan lalu memberi kebebasan untukku meraihnya. Salah satu motivasiku untuk menyelesaikan kuliah dengan nilai yang baik adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari ayah.  Aku ingin ayah percaya,  aku telah mampu untuk menentukan jalan hidupku sendiri. Setidaknya menuruti keinginannya selama empat tahun kuliah di jurusan yang ayah perintahkan,  dapat memberiku peluang mendapatkan kepercayaannya itu. Hanya saja,  aku telah melakukan kesalahan.

Ayah tidak berubah,  ia tetap sama seperti dulu. Tidak pernah mengerti dengan anak perempuan satu-satunya. Dia belum memercayaiku untuk menjalani kehidupan sesuai keinginanku sendiri. Aku akan di wisuda dan aku seperti melihat pintu yang terbuka menuju dunia yang luas lalu kemudian tertutup lagi. Ayah ingin aku menikah setelah wisuda nanti. Seorang lelaki, anak dari sahabat serta teman bisnisnya telah di siapkan untuk menjadi pendampingku kelak. Lelaki yang juga membuatku sangat malu untuk bertatap mata dengan sahabatku Diana. Aku sangat malu dan tidak tahu harus bersikap seperti apa kepadanya.

Mungkin Diana juga tidak ingin melihat wajahku.  Wajah dari seorang penghianat.  Wajah yang telah merebut kekasih yang dicintainya. Dan aku tidak tahu akan seperti apa kehidupanku bersama Rifki nantinya. Tapi,  satu yang sangat jelas, bersahabatanku serta peristiwa yang kulalui bersama Diana akan terus membayangi hidupku. Kenangan kami akan menghiasi perjalan hidupku kedepannya,  dan dengan rasa bersalah yang mungkin akan terus menelan jiwaku. Aku banyak membaca buku tentang kenangan yang mampu menguatkan seorang individu di masa depannya. Tapi,  banyak juga yang di hancurkan lalu ditenggelamkan oleh kenangannya dalam kegelapan yang paling pekat. Mungkin aku salah satunya dari yang kedua itu.
**

" ayo kita pulang." Rifki memapahku agar bisa berjalan dengan baik. Aku telah kehilangan segala kekuatanku, aku telah menangis dari semalaman. Dan tangisku sangat menyakitkan sekali.  Aku mengingat kenanganku dengan ayah yang begitu panjang dan penuh pertikaian yang selalu di menangkan ayah. Jujur sekali,  aku telah melupakan segalanya setelah buah hatiku lahir tiga bulan lalu.  Aku bisa menerima Rifki sebagai pendampingku. Tapi,  hari ini ayah telah pergi meninggalkan dunia. Seperti pintu terbuka lebar lagi untukku. Mimpi-mimpiku yang terbelunggu kembali bermunculan. Lalu tentang Dani Irawan,  laki-laki yang selalu membuatku kesal. Makin membuatku kesal setelah dia menikahi sahabatku sendiri. Kekesalan yang cukup aneh bagiku selama ini.

Tapi,  bagi beberapa orang yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri akan mengatakan bahwa keanehan seperti itu adalah sebuah rasa cinta. Karena cinta dan harapannya yang tak berpihak pada hati yang sedang jatuh cinta.  Maka akan memunculkan sebuah rasa kesal. Itulah kebenaranku terhadap Dani, aku kesal karena dia tidak pernah melihat hatiku yang mencintainya yang sungguh-sungguh mencintainya. Lalu Rifki yang telah di takdirkan untuk menjadi suamiku. Aku tidak pernah tahu seperti apa perasaannya padaku.  Tapi,  selama ini dia sangat bertanggung jawab terhadap aku dan anak-anaknya.

Kami tidak begitu banyak waktu bersama di sebabkan kesibukan kerja masing-masing. Dan semenjak menjadi suamiku,  Rifki menjadi aneh dan misterius. Dia tidak pernah menyuruhku untuk melakukan apa-apa lagi.  Segala kebutuhannya di percayakan kepada asisten rumah tangga untuk mengurusnya.  Aneh menurutku,  karena di waktu dulu.  Saat kami masih di bangku kuliah,  dia sangat bergantung padaku untuk menyampaikan pesan-pesannya kepada diana.

Aku ingat pernah di mintainya untuk mengantar surat kepada Diana.  Dan aku juga pernah membantunya untuk membuat pesta kejutan hari ulang tahun Diana. Sekarang dia segan untuk menyuruhku lagi.  Padahal aku istrinya bukan teman satu jurusannya lagi. Dan ke anehan ini membuatku makin tidak nyaman.  Meski aku sudah mampu menerimanya sebagai pendampingku, seperti halnya dia menerimaku sebagai pendampingnya. Aku tidak ingin ini terus berlanjut untuk waktu yang lama. Biar bagaimanapun,  aku sudah punya anak dan aku tidak ingin dia menjadi aneh dan memiliki kehidupan aneh seperti orang tuanya.  Dia harus punya kejelasan dan kepastian hidupnya yang normal serta wajar saja. Aku sangat berharap dimasa depan anakku nanti tidak di kelilingi oleh orang-orang aneh, tidak mengikuti keanehanku, dan tidak jatuh cinta pada lelaki yang aneh......
**

" jika seandainya Windi mengatakan yang sebenarnya kepada Diana sekarang.  Apa itu akan mengembalikan persahabatan mereka seperti dulu lagi?  Dan apakah mungkin Rifki dan Diana akan bisa bersama.  Begitupun dengan Dani dan Windi? "
" Hahaha... Itu bisa terjadi. Tapi Dani tidak pernah mencintai Windi. Sedangkan mereka telah menikah, Rifki dan Windi telah memiliki buah hati.  Terlalu banyak norma-norma sosial yang harus dilanggar dan banyak hati yang akan tersakiti. Hanya untuk mempersatukan hati lalu menghadirkan bahagia,  itu mungkin agak susah.  Tapi, jika itu sebuah keyakinan cinta, apa saja bisa terjadi. "
" kenapa? "
" emmm...  Aku juga tidak tahu sayang.  Hehehe"
" yeee..  Bagaimana sih?"
" Hehehe... Tapi,  coba ingat dengan cara dan seperti apa kita di satukan kembali.  Kamu pergi keluar negeri untuk belajar dan aku yang tetap tinggal di sini untuk mimpiku. Kamu tidak pernah menyukai aku yang selalu mengutamakan orang lain dari pada diriku. Aku yang tidak bisa memaksamu untuk menyukainya. Waktu yang sangat lama memisahkan kita, hal itu sangat memungkinkan seseorang untuk saling melupakan. Apa lagi tidak pernah berhubungan sama sekali.

Kamu juga pernah menegaskan untuk tidak akan kembali lagi,  karena ingin berkarir di luar negeri. Dan aku yang tidak mampu meninggalkan apapun yang kumiliki di negeri ini.  Saiapapun akan setuju,  kalau tidak ada lagi harapan untuk kita saling bertemu dan bersama lagi. Tapi karena sebuah lagu yang kucipta untukmu,  tentang rasa rinduku dan segala rasaku terhadapmu. Sehingga kita di pertemukan kembali.  Dan itupun tampa di rencanakan. Hanya karena kita di undang pada sebuah acara yang sama. Di sana juga,  kita tidak langsung meyakini satu sama lain. Lalu apa yang membuat kita bisa berada dalam rumah bersama buah hati kita sekarang ini? "

" mmmmm.  Mungkin karena kita pernah bodoh dan aneh."
" yehhh...  Kita,  kamu saja yang aneh dan bodoh. Kalau aku tidak."
" iya.  Tapi gila kan. Hehehe. "
" iya sih..  Hehehe..  Tapi kamu sendiri kan yang mengatakan. Kalau cinta itu adalah etika kegilaan atau tingkat kebijaksanaan yang paling tinggi. "
" emmm..  Kalu di ingat-ingat.  Aku cuma asal bicara waktu itu."
" tapi cukup masuk akal bagi anak polos ini. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun