Mohon tunggu...
Halis Idris
Halis Idris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Bodoh II

25 Februari 2018   11:25 Diperbarui: 25 Februari 2018   11:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Buku itu harus di pajang dan dibuka ketika ayah datang kekamarku atau memperhatikanku dan jika ayah tidak memperhatikannya  atau ayah pergi. Aku bisa melanjutkan membaca buku yang kusukai. Bibi memang nakal, tapi dia baik. Lalu yang lainnya bibi tidak begitu mencampuri urusanku, hanya urusan yang melibatkannya langsung seperti pertikaian dengan ayahku yang membuat keadaan di rumah menjadi tidak nyaman,  mungkin bibi juga merasakannya.

Bibi tidak pernah bertanya macam-macam kepadaku. Tapi,  entah kenapa aku ingin dia tahu hal ini. Aku berencana untuk meminta ide darinya, sepertinya dia sangat pandai dan paham akan kegunaan dari otaknya meski yang aku tahu bibi hanya lulusan Sekolah Dasar. Aku jadi sedikit malu sebagai mahasiswa semester dua yang tidak mampu untuk memberdayakan otakku sendiri untuk memikirkan sebarang ide untuk menyelesaikan masalahku ini.

Ahhh...  Bibi sangat istimewa. Berpikir tentangnya saja aku sudah agak merasa lebih baik. Aku akan pulang sekarang untuk menemuinya. Karena aku juga butuh ide bukan hanya perasaan damai ini saja. Dengan adanya rasa kesal yang hadir setelah perkenalanku dengan Dani hingga saat ini. Aku butuh ide untuk menyikapinya.
****

" seperti lingkaran ular. Cintaku mengalir abadi kepadamu"
Aku baru membaca status Facebook dari seorang wanita yang menurutku tak memiliki sedikitpun masalah dalam hidupnya. Tidak banyak yang istimewa darinya,  tapi satu yang membuatku ingin berada di posisinya sekarang adalah keceriaan yang tiada habisnya.  Wanita ceria yang mengajarkanku arti kasih sayang seorang sahabat. Diana dan aku tergabung dalam komunitas seni teater di kampus. Dalam tiga tahun terakhir,  kami tidak terpisahkan. Meski demikian,  banyak hal yang tidak kuceritakan padanya.  Seperti perasaanku terhadap Dani dan beberapa masalahku dengan ayah.  Aku bukannya tidak percaya padanya.

Aku sangat mempercayainya,  hanya saja aku tidak ingin membebaninya dengan hal-hal seperti itu. Mungkin itu bisa di anggap sebagai kasih sayangku padanya. Aku hanya ingin melihatnya ceria dan aku sebagai sahabat ingin menjaga itu dan hal yang bisa membebaninya  tak perlu dia tahu. Dia dan Rifki kekasihnya yang juga satu jurusan denganku adalah teman-teman yang baik.  Satu orang lagi yang sering duduk bersama kami dan mengobrol bersama.

Namanya Randi, aku sempat pangling kepadanya.  Dia sangat baik seperti Diana,  pintar dan jago bermain musik. Tapi,  aku heran dengan Diana yang memberinya julukan kembaran bodoh.  Mungkin maksud Diana adalah kembaran aneh. Aku juga melihatnya sebagai laki-laki aneh dan misterius. Terlalu banyak pertanyaan yang disisakan di kepalaku atas prilakunya.  Seperti keaktifannya dalam kerja-kerja sosial dan pergerakan-pergerakan pembaharuan dari mahasiswa. 

Dia sangat aktif berorganisasi, dalam diskusi-diskusi umum  dia juga selalu tampil untuk menyumbangkan pemikirannya,  memiliki banyak kawan dari berbagai kalangan, ciri utama dari seorang politisi.  Tapi secara terang-terangan mengundurkan diri dari jabatan BEM yang telah di menangkannya secara demokratis dalam waktu jabatan sebulan. Sangat aneh saya pikir dengan alasan yang cukup aneh juga, kekasihnya tidak menyukai itu. Alasan aneh dan menyentuh hati. Entah siapa wanita beruntung itu. Lelaki yang rela melepaskan mimpi yang telah di bangunnya dari nol. Sungguh lelaki yang sangat romantis.

Aku pangling padanya,  dan aku tahu dia telah memiliki kekasih. Dan aku sangat bahagia dan selalu berdoa untuk kebahagiaannya. Beda dengan beberapa orang lainya diluar sana. Banyak yang rela melepaskan kekasihnya untuk mengejar mimpinya. Hal itu dianggap normal oleh orang banyak, termasuk aku.  Orang yang kucintai pernah melakukan itu dan aku merasa tidak wajar saat itu. Setelah melihat dan mendengar banyak cerita yang sama di sekitarku.  Aku berpikir itu wajar/normal bagi siapapun, itu sudah menjadi dan akan terjadi bagi siapapun. Sesuatu yang serupa takdir,  tidak bisa ditolak ataupun di terima sesuka hati.

Seperti wajib untuk hidup seorang anak manusia. Tapi,  setelah menyaksikan sendiri keputusan anenya Randi. Aku mulai merasa hal itu tidak wajar lagi.  Atau tentang keputusan yang seperti itu bukan soal wajar dan tidak wajar.  Tapi,  ini tentang pilihan saja. Pilihan hidup dari seorang individu. Yang mana individu itu telah memikirkan untung rugi dari keputusannya. Dia sudah memikirkan matang-matang pilihannya.  Resiko kehilangan kekasihnya bukan soal lagi,  hidup masih panjang.

Meraih mimpi yang utama,  dan kekasih-kekasih yang lain akan datang dengan sendirinya. Mungkin mereka ini adalah orang-orang yang sangat positif dan memiliki keyakinan yang kokoh ( kalau jodoh akan di pertemukan juga) atau mereka sedang di lamun mimpinya,  hidup dalam ilusi yang dibuatnya sendiri dalam alam pikirnya. Mereka yang sedang lupa ( kalau rezekinya pasti akan di dapat juga).  Entahlah....  Randi memang aneh. Memikirkannya saja aku menjadi aneh. Ingin rasanya untuk secepatnya kekampus dan melihat keadaan serta prilaku-prilaku anehnya lagi. Dan yang paling tepatnya, aku ingin melihat Dani yang mungkin bisa menjadi aneh seperti Randi terhadapku.

" Hay.. Selamat pagi. " baru saja aku melewati gerbang Dani menghampiriku dengan tiba-tiba, aku sedikit kaget dibuatnya. Aku hanya tersenyum padanya.
" oh iya,  katanya kamu dan komunitas teater ikut berpartisipasi dalam pementasan seni di ulang tahun kampus nanti? "
" iya..."
" kalau Diana? "
" itu sudah pasti. Dia juga anak teaterkan."
" hehehe..  Iya ya. " terlihat Dani menggaruk kepalanya sambil tersenyum dan itu terlihat bodoh dan keren menurutku.
" ok baiklah.  Aku duluan. " Dani meninggalkanku.  Dan aku baru sadar, kalau pertanyaannya tadi sangat aneh. Dia ingin tahu saja atau ingin memastikan aku dan Diana ikut serta dalam pertunjukan itu. Lalu untuk apa jika dia tahu kami ikut serta? Tapi,  Diana pernah mengatakan tentang Dani dan Bandnya akan berkolaborasi dengan komunitas kami untuk pertunjukan nanti. Mungkin dia ingin memastikan lagi kesiapan kami.  Entahlah... Aku hanya berharap Dani lebih lama berbicara denganku.
"hoeee.... "aku terperanjat dan hampir terjatuh, untung Diana menarikku. Wanita yang satu ini,  tidak pernah berhenti untuk mengerjaiku. Aku diam saja dengan wajah kesal lalu meninggalkannya.
" hey....  Tunggu aku Windi. " Diana berlari mengejarku tapi tidak aku hiraukan.
" maaf..  Aku janji tidak melakukannya lagi. " aku terus diam tidak menanggapinya.
" ya sudah...  Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan.  Tapi,  jangan marah padaku lagi ya!" lagi-lagi aku meninggalkannya tampa sepatah kata. Dan diam-diam tersenyum, melihat tingkahnya yang cukup frustasi membujukku.
" yahhh...  Apa ini?  Kenapa kamu malah tersenyum?  Kamu mengerjaiku ya?"
"hehehe.." aku tertawa  dan dia terlihat kesal.  Tapi tidak lama Diana ikut tertawa bersamaku. Sedang siang yang cerah ini. Bisa dikatakan bahwa alam juga ikutserta tertawa bersama kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun