Kesalku, karena dia tidak lagi seperti itu saat bersamaku. Â Bahagiaku, Â karena setidaknya kegelisahaanku tentang penelitian skripsi yang membuat stres. Â Itu tidak benar. Mungkinkah sekarang dia telah menyelesaikan skripsinya, Â sehingga dia begitu ceria dan santai bersama temannya. Aku bahagia jika itu yang terjadi. Â
Setidaknya, kedepannya kami bisa menikmati waktu-waktu kebersamaan kami layaknya pasangan kekasih, Â seperti dulu lagi. Aku ingin memanggilnya, Â tapi dia lebih dulu melihatku. Terlihat, Â dia meminta diri kepada teman-temannya lau menghampiriku. Terlihat ada senyum mengembang dari bibirnya, Â dan dia melambaikan tangannya. Â Aku tersenyum, Â lalu aku mulai melangkahkan kakiku untuk menghampirinya.Â
Dan menghentikannya lagi, Â ketika seorang dengan kendaraan roda duanya berhenti didekatnya lalu menyodorkan sebuah helm, merekapun pergi entah kemana. Â Hilang diantara kendaraan yang memenuhi jalan.Â
Yang aku tahu, Â seorang wanita dengan hijab coklatnya yang melambai dan pastinya dengan kaca mata yang sempat kulihat ketika dia turun dari kendaraannya menyerahkan helem dan jas almamater dari salah satu organisasi mahasiswa yang cukup besar di negara ini. Senyum itu, Â bukan buatku. Â Lambaian itu, Â bukan untukku. Jikapun di tujukan padaku. Â
Artinya, Â hanya sebuah simbol salam perpisahan darinya. Lagi pula tidak mungkin, Â untukku yang tidak bisa lagi membuatnya nyaman. Dan aku baru ingat denga apa yang dimatakannya di dalam telepon tadi. Â " belum selesai, Â sepertinya masih lama. Â Sekitar sebulan lagi skripsi saya akan rampung.". Bodoh sekali, aku cukup bodoh untuk menjadi seorang wanita yang sedang jatuh cinta, Â yang sedang rindu. Kenapa cinta, Â hanya membuatku makin bodoh dan terlihat memalukan?
                 ****
Aku percaya dengan kekasihku yang tidak pernah menduakan aku. Â Aku tahu, Â bahwa wanita yang bersamanya waktu itu. Â Tidak lebih dari seorang teman organisasi. Â Mereka punya kegiatan organisasi yang harus dikerjakan bersama. Aku juga tahu, Â jika dia masih mencintaiku. Kemarin dia masih datang kerumah untuk menwmuiku dan menjengukku, Â aku dilanda demam tinggi. Terlalu kelelahan saat berlatih hingga pementasan berlangsung. Â
               *****
Hari ini adalah wisudah untuk mahasiswa angkatanku. Hari ini adalah hari berharga, hari bersejarah, Â dan hari kebebasan bagi setiap mahasiswa dan mahasiswi yang telah bergulat dengan kehidupan kampus yang terlihat santai tapi sangat menekan kebebasan setiap individu yang bergelar mahasiswadan mahasiswi. Dalam dunia kampus, adalah dunia yang penuh tanda tanya menurutku.Â
Banyak orang yang menjadikan kampus sebagai batu loncatan untuk meraih cita dan mimpi mereka, Â tapi banyak yang dari mereka menjadi hancur dan melakukan hal-hal menyimpang karena tak mampu beradaptasi, tidak mampu memenuhi tuntutan kampus dan berhenti mengejar mimpinya demi nama kampus dan pengakuan dari kampus.Â
Mereka ini adalah orang-orang yang telah menjadi batu loncatan kampus, mereka ini yang sangat polos atau terlalu bodoh untuk memahami instansi tingi seperti kampus hanya sebuah bentuk produk kapitalisme.Â
Kapitalisme yang memandang segalanya adalah sebagai peluang industri ekonomi, kampus adalah perusahaan serta pabriknya, pengajar serta pengurus kampus adalah karyawannya, fakultas adalah anak perusahaannya, Â SKS adalah prodaknya dan Mahasiswa/Mahasiswi dengan mimpinya adalah konsumen-konsumen yang cukup menjanjikan.Â