"PEARL: Police Empowerment and Resilience Leadership
dalam Pemberdayaan Masyarakat Indonesia"
Â
By : Halimatus syakdiah
Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep yang telah lama diakui dalam literatur akademik sebagai pendekatan yang efektif dalam menciptakan keamanan yang berkelanjutan (Margayaningsih, 2018). Pemberdayaan masyarakat melibatkan proses di mana individu dan komunitas memperoleh kontrol atas aspek-aspek penting dalam kehidupan mereka, termasuk keamanan (Zimmerman, 1995),. Pendekatan ini juga diakui dalam konteks kepolisian komunitas, di mana Polri berupaya memperkuat hubungan dengan masyarakat dan mendorong partisipasi aktif dalam menjaga keamanan.Â
Namun, di tengah upaya Polri dalam memberdayakan masyarakat masih menghadapi tantangan-tantangan signifikan. Berdasarkan data (Lembaga Kajian Keamanan Nasional, 2022), hanya 40% masyarakat Indonesia yang menyatakan kepercayaan penuh terhadap institusi kepolisian, sementara sisanya masih meragukan. Tantangan lainnya termasuk keterbatasan sumber daya, serta kompleksitas masalah social.
Untuk menjawab tantangan ini, konsep PEARL (Police Empowerment and Resilience Leadership) diperkenalkan sebagai model kepemimpinan yang mengintegrasikan pemberdayaan dan ketahanan (resilience) dalam pendekatan Polri terhadap masyarakat. PEARL, singkatan dari Police Empowerment and Resilience Leadership, menekankan pentingnya peran Polri yan tidak hanya memberdayakan masyarakat tetapi juga membangun daya tahan dan kepemimpinan yang inovatif di tengah dinamika sosial yang berubah. Simbolisme "PEARL" sebagai mutiara juga mencerminkan peran Polri sebagai agen perubahan yang berharga dalam masyarakat.
Hubungan Ketiga Konsep: Pemberdayaan Masyarakat, Police Empowerment, dan Resilience Leadership (PEARL)
Ketiga konsep ini saling terkait dan saling mempengaruhi dalam   konteks pemberdayaan masyarakat:
- Pemberdayaan Masyarakat dan Police Empowerment
Pemberdayaan masyarakat dan Police Empowerment berjalan beriringan, di mana pemberdayaan masyarakat membutuhkan dukungan dari polisi yang kuat dan terlatih (Campbell, et.al, 2017). Polisi yang empowered mampu bekerja lebih efektif dengan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sejahtera. Sebaliknya, masyarakat yang diberdayakan dapat memberikan dukungan dan informasi yang lebih baik kepada polisi, yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas kerja polisi (Skogan, 2006).
Resilience Leadership dan Police Empowerment
Kepemimpinan yang tangguh memainkan peran kunci dalam menguatkan polisi. Pemimpin yang tangguh tidak hanya memimpin dengan contoh tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pemberdayaan polisi (Moule & Fox, 2019). Mereka memastikan bahwa polisi memiliki alat dan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ada, sambil tetap fokus pada tujuan jangka panjang (Sutcliffe & Vogus, 2003).
- Pemberdayaan Masyarakat dan Resilience Leadership
Pemimpin yang tangguh berperan penting dalam proses pemberdayaan masyarakat. Mereka mampu menginspirasi masyarakat untuk mengambil tindakan dan berpartisipasi aktif dalam menjaga keamanan dan ketertiban (Fletcher & Sarkar, 2013). Dengan kepemimpinan yang tangguh, masyarakat diberdayakan untuk menghadapi tantangan mereka sendiri dan menjadi lebih mandiri (Howard & Irving, 2021).
Studi menunjukkan bahwa program pemberdayaan sering kali kurang berhasil karena adanya resistensi dari masyarakat, yang disebabkan oleh kurangnya kepercayaan terhadap aparat hukum (Lestari, 2023).
Melalui sintesis literatur yang lebih mendalam, jelas terlihat bahwa PEARL hadir sebagai inovasi yang tidak hanya menjawab kesenjangan teoritis tetapi juga menawarkan pendekatan praktis yang dapat diterapkan dalam kebijakan Polri (Mustanir ,2023; Bahri, 2019; Margayaningsih, 2018).Â
Beberapa langkah praktis dan rekomendasi kebijakan spesifik dapat dipertimbangkan:
Pendidikan dan Pelatihan Personel Polri
Langkah pertama dalam implementasi PEARL adalah memastikan bahwa personel Polri memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dan kepemimpinan resilience. Polri perlu mengembangkan kurikulum pelatihan yang mencakup kedua aspek ini dan menerapkannya secara konsisten di seluruh tingkat kepemimpinan. Program pelatihan ini harus mencakup simulasi situasi krisis, pengembangan keterampilan komunikasi dengan masyarakat, dan penguatan mental  serta emosional para personel.
Penguatan Kolaborasi dengan Masyarakat
Salah satu elemen kunci dalam PEARL adalah pemberdayaan masyarakat sebagai mitra aktif Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Untuk mencapai hal ini, Polri harus membangun mekanisme kolaborasi yang lebih kuat dengan masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui pembentukan forum-forum diskusi rutin antara Polri dan tokoh masyarakat, peningkatan peran Bhabinkamtibmas, serta pelaksanaan program-program yang memberdayakan komunitas lokal untuk berperan serta dalam upaya preventif dan penanganan masalah keamanan.
Penerapan Kebijakan yang Fleksibel dan Adaptif
Implementasi PEARL memerlukan kebijakan Polri yang fleksibel dan adaptif, mampu menyesuaikan dengan dinamika dan kebutuhan spesifik di setiap wilayah. Polri perlu mengadopsi pendekatan manajemen yang bersifat bottom-up, di mana masukan dari personel di lapangan dan masyarakat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan strategis. Hal ini akan meningkatkan relevansi kebijakan yang diambil serta memperkuat hubungan antara Polri dan masyarakat.
Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan
Untuk memastikan keberhasilan implementasi PEARL, Polri harus menerapkan mekanisme evaluasi yang berkelanjutan. Evaluasi ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga pada proses implementasi, termasuk respon dan feedback dari masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi, Polri perlu siap melakukan penyesuaian kebijakan dan strategi guna memastikan bahwa tujuan            pemberdayaan dan ketahanan komunitas dapat tercapai.
- Perbandingan dengan Model Pemberdayaan Masyarakat yang  Sudah Ada
Berbagai model pemberdayaan masyarakat telah diimplementasikan di Indonesia, terutama melalui pendekatan seperti community policing atau kepolisian masyarakat (polmas), yang menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan (Mustanir ,2023; Bahri, 2019; Margayaningsih, 2018). Namun, model-model yang sudah ada cenderung memiliki beberapa  kelemahan yang signifikan: Fokus Terbatas pada Hubungan Masyarakat dan Implementasi yang Kurang Konsisten.
Elemen Inovatif dari PEARL
 Ada beberapa elemen inovatif yang membuat PEARL berbeda dari model- model sebelumnya (Violanti, 2008:Noor, 2023;huntsman, 2022).
- Integrasi Kepemimpinan Resilience: Model-model terdahulu lebih banyak berfokus pada aspek keamanan dan kolaborasi dengan masyarakat (Violanti, 2008:Noor, 2023;huntsman, 2022)., PEARL menambahkan dimensi baru dengan menekankan pentingnya pengembangan kepemimpinan yang mampu bertahan dan beradaptasi dalam jangka     panjang.
- Pendekatan Multidimensi: PEARL juga mengadopsi pendekatan multidimensi yang tidak hanya melihat aspek keamanan, tetapi juga  mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang berpengaruh pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, PEARL bukan hanya sebuah model pemberdayaan, tetapi juga sebuah  strategi yang komprehensif untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dan mandiri.
- Penerapan Teknologi dan Inovasi: PEARL menekankan  penggunaan teknologi dan inovasi dalam pemberdayaan masyarakat, seperti melalui aplikasi digital untuk pelaporan kejahatan, platform komunikasi antara masyarakat dan polisi, serta analisis data untuk mengidentifikasi tren kriminalitas.
Penerapan Konsep PEARL sebagai Solusi Inovatif dalam Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis literatur, PEARL menawarkan pendekatan kepemimpinan yang tidak hanya berfokus pada pencapaian tugas operasional, tetapi juga pada pengembangan kapasitas individu dan komunitas untuk menjadi lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan sosial. Menurut (Bass & Avolio, 1994), kepemimpinan transformasional yang menjadi dasar dari PEARL, memiliki potensi besar untuk menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat, terutama ketika dihadapkan dengan situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan risiko (Setiawan, 2021).
Selain itu, penerapan PEARL dalam konteks Polri juga didukung oleh teori ketahanan (resilience), yang menekankan pentingnya kemampuan untuk bangkit kembali dari kondisi sulit atau traumatis (Luthans et al., 2007). Dalam implementasinya, Polri dapat menggunakan pendekatan ini untuk memperkuat hubungan dengan masyarakat, mendorong keterlibatan aktif mereka dalam menjaga keamanan, dan membangun kepercayaan yang lebih kuat antara masyarakat dan aparat penegak hukum. Hal ini sejalan dengan pandangan Howard dan Irving (2021) yang menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui kepemimpinan yang tangguh dapat menghasilkan komunitas yang lebih mandiri dan kolaboratif.
Untuk mendukung konsep PEARL (Police Empowerment and Resilience Leadership) secara efektif, beberapa saran inovasi dapat diimplementasikan untuk memperkuat keterlibatan masyarakat, meningkatkan kapasitas Polri, serta memperkuat kolaborasi antara Polri dan komunitas. Berikut adalah beberapa saran inovasi yang dapat  digunakan:
Digital Community Engagement Platforms
Deskripsi: Pengembangan platform digital yang memungkinkan interaksi langsung antara masyarakat dan kepolisian. Platform ini bisa berupa aplikasi atau portal web yang menyediakan ruang untuk pelaporan, konsultasi, dan diskusi mengenai isu-isu keamanan komunitas.
Keunggulan: Inovasi ini meningkatkan transparansi dan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan. Dengan akses yang mudah dan real-time, masyarakat dapat merasa lebih terhubung dengan kepolisian, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi ini. Platform ini juga memungkinkan respon cepat dari pihak kepolisian terhadap masalah yang muncul, sehingga membantu mencegah eskalasi.
Resilience Training for Police Officers
Deskripsi: Program pelatihan khusus yang berfokus pada pengembangan ketahanan mental, emosional, dan fisik bagi personel     kepolisian. Pelatihan ini juga mencakup pengembangan keterampilan kepemimpinan yang adaptif dan kolaboratif, sesuai dengan prinsip-prinsip PEARL.
Keunggulan: Dengan membekali polisi dengan keterampilan  kepemimpinan yang tangguh dan adaptif, mereka lebih siap menghadapi situasi krisis dan tantangan sosial. Ini tidak hanya meningkatkan efektivitas polisi dalam menjalankan tugasnya, tetapi juga mempromosikan kesejahteraan mental dan emosional mereka, yang penting dalam tugas yang sering kali penuh tekanan.
Collaborative Public Safety Initiatives
Deskripsi: Inisiatif yang mengajak masyarakat untuk berkolaborasi dengan kepolisian dalam merancang dan melaksanakan program- program keamanan. Ini bisa termasuk program neighborhood watch, patroli bersama, atau lokakarya keamanan publik.
Keunggulan: Inisiatif ini memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap keamanan lingkungan mereka. Dengan berperan aktif, masyarakat merasa lebih empowered, dan hubungan
mereka dengan kepolisian menjadi lebih erat. Kolaborasi ini juga memungkinkan solusi keamanan yang lebih tepat sasaran karena didasarkan pada kebutuhan nyata di lapangan.
Real-Time Data Analysis and Predictive Policing
Deskripsi: Penggunaan teknologi analisis data dan kecerdasan  buatan (AI) untuk memprediksi pola kejahatan dan meresponsnya sebelum terjadi. Data dari berbagai sumber seperti laporan publik, CCTV, dan media sosial dianalisis untuk mengidentifikasi potensi ancaman.
Keunggulan: Inovasi ini meningkatkan efisiensi dan proaktif dalam penanganan kejahatan. Dengan kemampuan memprediksi dan merespons sebelum kejadian, tingkat kejahatan dapat ditekan, dan rasa aman di masyarakat meningkat. Ini juga memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efektif, dengan fokus pada area yang paling        membutuhkan.
Community Resilience Programs
Deskripsi: Program yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan masyarakat dalam menghadapi krisis atau bencana, termasuk melalui pendidikan, pelatihan tanggap darurat, dan pengembangan kapasitas lokal.
Keunggulan: Program ini tidak hanya memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman keamanan, tetapi juga membangun solidaritas dan kohesi sosial. Masyarakat yang tangguh lebih mampu bekerja sama dengan kepolisian dalam situasi darurat, mengurangi beban pada aparat dan mempercepat proses pemulihan pasca- krisis.
Inovasi-inovasi ini mendukung konsep PEARL dengan memperkuat hubungan antara polisi dan masyarakat, meningkatkan kapasitas kepemimpinan dan ketahanan, serta memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif.
Keunggulan dan Kelemahan Konsep PEARL
- Keunggulan PEARL
Konsep PEARL menawarkan berbagai keunggulan yang dapat memperkuat peran Polri dalam pemberdayaan masyarakat di Indonesia:
- Integrasi Pemberdayaan dan Ketahanan: Salah satu keunggulan utama PEARL adalah kemampuannya untuk menggabungkan dua elemen penting, yaitu pemberdayaan dan ketahanan, dalam satu pendekatan yang komprehensif. Dengan pemberdayaan, masyarakat didorong untuk aktif dalam menjaga keamanan lingkungan mereka, sementara ketahanan (resilience) memastikan bahwa Polri dapat tetap berfungsi secara optimal meskipun menghadapi tantangan yang dinamis .
- Fleksibilitas dan Adaptabilitas: PEARL memberikan Polri kerangka kerja yang fleksibel untuk menyesuaikan pendekatan kepemimpinannya dengan kebutuhan spesifik masyarakat. Konsep ini dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang terus berkembang, sehingga Polri dapat merespons tantangan baru dengan efektif .
- Meningkatkan Kepercayaan Publik: Dengan memperkuat kemitraan antara Polri dan masyarakat, PEARL berpotensi meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. Kepercayaan ini adalah kunci untuk mencapai keamanan yang berkelanjutan, karena masyarakat yang percaya pada Polri lebih mungkin untuk bekerja sama dalam berbagai program keamanan.
- Pendekatan Kolaboratif: PEARL mendorong kerjasama erat antara Polri dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum.
- Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efektivitas program- program keamanan, tetapi juga memastikan bahwa solusi yang diterapkan adalah hasil dari partisipasi dan konsensus berbagai pihak .
- Pendekatan Multidimensi: PEARL tidak hanya berfokus pada aspek keamanan, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi keamanan masyarakat. Ini membuat PEARL lebih relevan dalam konteks Indonesia yang memiliki dinamika sosial yang kompleks.
Kelemahan PEARL
Meskipun memiliki banyak keunggulan, implementasi PEARL juga  menghadapi sejumlah kelemahan dan tantangan:
- Ketergantungan pada Kepercayaan Masyarakat: Salah satu kelemahan utama PEARL adalah ketergantungannya pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Di wilayah-wilayah di mana kepercayaan ini rendah, implementasi PEARL dapat menghadapi resistensi dan kurangnya partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya mengurangi efektivitas program .
- Keterbatasan Teori dan Konsep Pemberdayaan Masyarakat Sebelumnya : Dalam literatur mengenai pemberdayaan masyarakat, beberapa teori dan konsep telah diusulkan, namun tidak semuanya berhasil diterapkan dengan efektif, terutama dalam konteks kepolisian dan keamanan. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah community policing, yang menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan di lingkungan mereka sendiri.
- Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi PEARL membutuhkan alokasi sumber daya yang signifikan, baik dalam hal personel, pelatihan, maupun fasilitas. Di tengah keterbatasan anggaran dan sumber daya yang dimiliki Polri, upaya untuk menerapkan PEARL secara menyeluruh di seluruh Indonesia menjadi tantangan yang tidak kecil .
- Kompleksitas Sosial dan Budaya: Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya yang tinggi, sehingga pendekatan yang berhasil di satu daerah belum tentu efektif di daerah lain. Kompleksitas ini menambah tantangan bagi Polri dalam menerapkan PEARL, karena dibutuhkan penyesuaian dan pendekatan khusus yang disesuaikan dengan konteks lokal .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H