Berita hoaks adalah istilah untuk cerita, foto atau video yang menyebarkan informasi palsu dan tidak sesuai fakta. Berita hoaks ini mungkin terlihat seperti berita nyata yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian orang atau mengubah pandangan mereka terkait suatu hal. Jadi hoaks merupakan cerita yang dibuat-buat, palsu atau fakta yang diputarbalikan.
Media massa diyakini memiliki efek yang kuat, terarah dan langsung dalam mempengaruhi pikiran masyarakat. Harold Lasswel dalam penelitiannya mengenai media massa pada tahun 1920-1030-an, menjelaskan bahwa media massa memiliki pengaruh yang dominan terhadap perubahan sikap atau pikiran Masyarakat terhadap suatu hal. Ini dikarenakan media massa dalam menyebarkan pesannya bagaikan peluru yang dengan cepat dan tepat mengenai sasarannya dan sulit dihindari.
Mengapa fake news atau hoaks ini menjadi tantangan terbesar bagi komunikasi massa di era modern ini?
Di era digital yang begitu cepat dan kompleks seperti sekarang ini, media massa memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Namun, dengan munculnya berita "hoaks" atau "fake news" yang semakin merajalela, menjadikan tantangan tersendiri bagi kredibilitas media massa. Karena hoaks adalah informasi yang sengaja disebarluaskan untuk menggiring suatu opini publik terhadap suatu isu.
Fenomena ini menjadi semakin konfleks dengan mudahnya penyebaran melalui media sosial dan platfom digital lainnya. Media massa bagaikan peluru yang mengenai sasarannya dengan cepat, artinya pesan yang sebarkan oleh media massa langsung mengenai dan mempengaruhi audiens, ini seperti yang dijelaskan oleh teori komunikasi massa yaitu teori hypodermic needle.
Dampak yang ditimbulkan oleh berita hoaks ini sangat serius. Banyak kasus dimana informasi telah menyebabkan kerusuhan, merusak reputasi individu atau lembaga bahkan menyebabkan perkelahian antar individu atau kelompok.
Teori Hypodermic Needle dalam konteks bahayanya fake news
Teori komunikasi massa hypodermic needle (jarum hipodermik) adalah teori yang menjelaskan bagaimana media massa dapat "menyuntikkan" pesan-pesan secara langsung dan efektif ke dalam pikiran audiens, dan mereka menerima pesan tersebut tanpa banyak pertanyaan atau kritik. Dalam konteks ini, audiens dianggap pasif, menerima pesan media secara langsung dan dipengaruhi oleh media tanpa adanya kekuatan dari mereka untuk menolak atau memilih pesan yang diterima.
Sekarang, jika kita menghubungkan teori ini dengan bahaya berita palsu (fake news), kita bisa melihat beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan:
1. Penerimaan Tanpa Mencari Kebenarannya
Dalam model hypodermic needle, audiens dianggap mudah terpengaruh karena mereka menerima pesan media tanpa banyak kritis terhadap pesan tersebut. Jika berita palsu disebarkan melalui saluran media yang luas, audiens yang pasif dapat mempercayainya sebagai kebenaran, tanpa menyaring informasi tersebut.
2. Manipulasi Publik
Media yang menyebarkan informasi palsu dapat memanfaatkan prinsip hypodermic needle untuk memanipulasi opini publik. Ini dapat digunakan untuk tujuan tertentu, seperti mempengaruhi pemilihan umum, mengubah persepsi sosial, atau menciptakan ketegangan dalam masyarakat.
3. Krisis Kepercayaan
Penyebaran berita palsu secara terus-menerus, terutama ketika didukung oleh media yang memiliki pengaruh besar, bisa menyebabkan krisis kepercayaan terhadap sumber informasi. Audiens yang awalnya pasif dan percaya pada media tertentu bisa mulai meragukan kebenaran semua informasi yang diterima, yang pada akhirnya merusak fungsi media sebagai alat komunikasi yang sah dan bermanfaat.
Bagaimana cara kita untuk mengenali dan mengatasi berita hoaks?
1. Cek narasumbernya
Kredibilitas suatu berita atau informasi yang kita terima harus berasal dari sumber yang terpercaya atau memang sudah pakar dibidangnya sehingga dapat di percaya dan bertanggungjawab. Jika narasumbernya saja tidak dapat di percaya maka informasi yang disampaikannya juga tidak dapat langsung kita terima tanpa melakukan cek kebenaran terlebih dahulu.
2. Hati-hati judul provokatif
Sudah menjadi ciri khas dari berita hoaks adalah memberi judul provokatif dan membawa unsur-unsur berbau isu sensitive atau bahkan SARA. Hoaks memang sengaja dibuat sepropokatif mungkin untuk membangkitkan sisi emosional penerimanya sehingga mudah terhasut isu bohong. Atau agar Masyarakat dapat terpengaruhi pandangannya atas suatu isu, dengan pandangan yang mereka inginkan.
3. Cek fakta berita ke situs berantas hoax
Jika kita masih ragu terkait suatu berita atau informasi, maka ada banyak situs yang bisa cek kebenaran suatu informasi. Misalnya, situs kominfo dan Turn Back Hoax. Untuk berita internasional, bisa juga memantau dari PolitiFact.com atau Snopes.com. situs-situs tersebut bisa memeriksa apakah suatu berita tersebut hoax atau bukan.
Contoh kasus hoaks di Indonesia
Berita hoaks ini pernah viral pada tahun 2018. Berita ini masuk dalam peringkat pertama yang paling banyak dibicarakan oleh masyarakat. Hoaks yang disampaikan dalam berita adalah penganiayaan Ratna Sarumpaet. Berita ini menampilkan bukti sebuah foto yang memperlihatkan wajah Ratna Sarumpaet seperti memar dan bengkak. Berita hoaks ini pernah viral pada tahun 2018. Berita ini masuk dalam peringkat pertama yang paling banyak dibicarakan oleh masyarakat. Hoaks yang disampaikan dalam berita adalah penganiayaan Ratna Sarumpaet. Berita ini menampilkan bukti sebuah foto yang memperlihatkan wajah Ratna Sarumpaet seperti memar dan bengkak.
Awalnya hoaks ini disebarkan melalui Facebook yang diunggah pada 2 Oktober 2018. Setelah itu berita juga sempat tersebar dengan cepat di Twitter. Bahkan beberapa tokoh politik juga menanggapi dan membenarkan adanya penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet tanpa verifikasi kebenaran kasus tersebut.
Lalu, setelah mendapat banyak perhatian dari masyarakat, polisi menyelidiki berita yang beredar tersebut. Setelah diselidiki maka didapatkan hasil bahwa berita tersebut adalah hoaks. Wajah bengkak yang terjadi pada Ratna Sarumpaet merupakan efek dari operasi bukan sebuah penganiayaan.
Kesimpulan yang dapat kita ambil, dampak negatif dari berita hoax sangat merugikan banyak pihak. Dari kerusakan terhadap kepercayaan masyarakat terhadap media hingga resiko adanya manipulasi informasi. Oleh karena itu, melawan dan menyadarkan masyarakat akan bahaya berita palsu adalah langkah yang penting untuk melindungi integritas informasi dan meningkatkan kualitas hidup bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H