Dalam model hypodermic needle, audiens dianggap mudah terpengaruh karena mereka menerima pesan media tanpa banyak kritis terhadap pesan tersebut. Jika berita palsu disebarkan melalui saluran media yang luas, audiens yang pasif dapat mempercayainya sebagai kebenaran, tanpa menyaring informasi tersebut.
2. Manipulasi Publik
Media yang menyebarkan informasi palsu dapat memanfaatkan prinsip hypodermic needle untuk memanipulasi opini publik. Ini dapat digunakan untuk tujuan tertentu, seperti mempengaruhi pemilihan umum, mengubah persepsi sosial, atau menciptakan ketegangan dalam masyarakat.
3. Krisis Kepercayaan
Penyebaran berita palsu secara terus-menerus, terutama ketika didukung oleh media yang memiliki pengaruh besar, bisa menyebabkan krisis kepercayaan terhadap sumber informasi. Audiens yang awalnya pasif dan percaya pada media tertentu bisa mulai meragukan kebenaran semua informasi yang diterima, yang pada akhirnya merusak fungsi media sebagai alat komunikasi yang sah dan bermanfaat.
Bagaimana cara kita untuk mengenali dan mengatasi berita hoaks?
1. Cek narasumbernya
Kredibilitas suatu berita atau informasi yang kita terima harus berasal dari sumber yang terpercaya atau memang sudah pakar dibidangnya sehingga dapat di percaya dan bertanggungjawab. Jika narasumbernya saja tidak dapat di percaya maka informasi yang disampaikannya juga tidak dapat langsung kita terima tanpa melakukan cek kebenaran terlebih dahulu.
2. Hati-hati judul provokatif
Sudah menjadi ciri khas dari berita hoaks adalah memberi judul provokatif dan membawa unsur-unsur berbau isu sensitive atau bahkan SARA. Hoaks memang sengaja dibuat sepropokatif mungkin untuk membangkitkan sisi emosional penerimanya sehingga mudah terhasut isu bohong. Atau agar Masyarakat dapat terpengaruhi pandangannya atas suatu isu, dengan pandangan yang mereka inginkan.
3. Cek fakta berita ke situs berantas hoax