Sang tetua diam tidak memberikan jawaban. Sesungguhnya ia berpikir bahwa pelarangan itu sudah tidak relevan untuk diterapkan mengingat alasan pelarangannya telah sirna dengan kesadaran masyarakatnya bahwa tiada tuhan selain Tuhan.
Dalam pembicaraan itu, mereka berdua saling menunduk, tidak saling memandang mata satu sama lain, tanpa mempertanyakan alasannya, karena di balik mata seseorang ada pantulan bayangan diri orang yang berada di depannya.
Bandar Lampung, 17 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H