Abstrak
Pendidikan karakter menjadi sebuah upaya dalam menghadapi berbagai tantangan pergeseran karakter yang dihadapi saat ini. Tujuan dari pendidikan karakter yakni untuk mengembangkan berbagai kemampuan peserta didik sehingga dapat memberikan keputusan baik dan buruk, memelihara nilai-nilai kebaikan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.Â
Namun di era generasi revolusi industri 4.0 atau dikenal dengan generasi millennial saat ini telah terjadi berbagai persoalanpersoalan yang menghambat pengembangan pendidikan karakter peserta didik. Persoalantersebut diantaranya yakni berasal dari diri peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi naluri, kebiasaan, keturunan, keinginan atau kemauan keras dan hati nurani, sedangkan faktor eksternal meliputi pergaulan bebas, adanya pengaruh gawai, pengaruh negatif televisi, pengaruh keluarga, dan pengaruh sekolah.
Pendahuluan
Tujuan dari pendidikan karakter yakni untuk mengembangkan berbagai kemampuan dan potensi peserta didik dalam memberikan keputusan baik dan buruk, memelihara nilai-nilai kebaikan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu di lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat (Komara, 2018, p. 18).Saat ini arus perkembangan globalisasi telah banyak membawa perubahan terutama dalam persoalan pendidikan karakter. Di abad ke 21 ini kita telah memasuki era generasi revolusi industri 4.0 atau dikenal dengan generasi millennial.Â
Adanya gawai menjadi salah satu hal yang menandai lahirnya generasi millennial (Iswan & Herwina, 2018). Kemunculan teknologi tersebut sudah dinilai mampu memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otaknya. Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan fungsi otak manusia maka dapat terealisasi melalui bidang pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang harus berubah agar tetap memegang peranan penting dalam perubahan di era millenial ini. Proses pendidikan yang baik hendaklah menyeluruh dan terintegrasi sebagai suatu pondasi yang kokoh dalam membentuk karakter peserta didik di era revolusi industri 4.0 (Iswan & Herwina, 2018, p. 22).Â
Pendidikan Islam menjadi sebuah sistem pendidikan yang tidak dapat dipungkiri mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter peserta didik. Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan umatnya untuk menjadi rahmat bagi sesama. Pendidikan karakter atau dalam Islam adalah pendidikan akhlak menjadi tujuan dari agama Islam. Nabi Muhammad saw. sebagai nabi yang terakhir telah di utus Allah swt untuk menyempurnakan budi pekerti (akhlak) manusia sejak era Jahiliyah dulu (Munir, 2017).saat ini pengembangan karakter yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk belum dapat terlaksana dengan maksimal. Hal itu tercermin dari semakin maraknya kasus kriminalitas, perusakan lingkungan alam, pelanggaran hak asasi manusia, pergaulan bebas, pornografi, tawuran antar pelajar, kerusuhan serta korupsi.Â
Gambaran perilaku tersebut menunjukkan bahwa bangsa kita tengah menghadapi krisis moral atau akhlak (Setiawan, 2017, p. 20). Hal ini terjadi karena pendidikan di era digital saat ini tidak hanya dapat dinikmati oleh orang dewasa saja, melainkan anak-anak sekolah juga sudah dapat menikmati hasil dari perkembangan teknologi tersebut, sehingga kasus-kasus di atas marak menimpa anak-anak di usia sekolah (Putri, 2018, p. 38). Oleh karena itu, persoalanpersoalandiatas menjadi bagian dari hambatan dalam pengembangan pendidikan karakter.
Pembahasan
Pendidikan Karakter
Kata karakter diambil dari bahasa Inggris character, yang juga berasal dari bahasa Yunani charaissein yang artinya 'mengukir' (Munir: 2010). Sifat utama ukiran adalah melekat kuat diatas benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu dan aus terkena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang di ukir itu. Karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, seperti keluarga dari masa kecil dan bawaan sejak lahir (Mu'in: 2013).
Sejalan dengan pendapat di atas, Dirjen Pendidikan Agama IslmKementrian Agama Republik Indonesia mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, artinya dapat membedakan antara sifat satu individu dengan yang lainnya (Mulyasa: 2011). Adapun pendidikan karakter merupakan usaha yang disengaja untuk membantu seseorang memahami segala sifat-sifat kejiwaan, akhlak, watak yang mampu menjadikan seseorang sebagai manusia yangberkarakter (Megawangi: 2007). Untuk itu semua, perlu adanya penguatan agar karakter dalam diri dan karakter bangsatetap terjaga di era modern revolusi ini.
Ada pula nilai utama karakter bangsa yaitu:
*Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut.
* Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkankepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
* Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
* Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orangorang yang membutuhkan.
*Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin uap.Â
Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini jugamenimbulkan dampak negatif dalam bentuk pengangguran masal. Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong para ilmuwan untuk menemukan berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan ProgrammableLogicController (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer.
Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobilephone dan semakin berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital.Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat. Berkembangnya teknologi autonomousvehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.
Keuntungan Industri 4.0
Industri 4.0 tentunya diharapkan untuk dapatmengoptimalkan produksi karena memberikankeuntungan bagi perusahaan dan lebih efisien waktu.Hal ini tentunya sangat berpengaruh bagi industri yang mengandalkan peralatan-peralatan manufaktur yang mahal. Ada beberapa manfaat terjadinya revolusi industri 4.0, yaitu:
- Memiliki potensi utnuk memberdayakan individu serta masyarakat, menciptakan peluang baru bagi sosial, ekonomi, dan pengembangan diri.
- Minim risiko human error karena komputer memiliki kontrol penuh sehingga hasil pekerjaan cenderung konsisten.
- Meningkatnya efisiensi produktivitas pada proses produksi sehingga Anda dapat memproduksi barang dengan volume yang lebih banyak dan mengandalkan sumber daya yang lebih sedikit.
- Data yang terhubung ke cloud komputing terjamin keamanannya.
- Sistem yang digunakan lebih canggih dan dikontrol serta dikendalikan secara real time.
- Meningkatkan visibilitas terhadap status ketersediaan barang serta proses pengiriman.
- Memangkas biaya untuk meng-handle
Kesimpulan
Menerapkan pendidikan karakter pada era millenial saat ini sangatlah penting dengan tujuan agar generasi penerus bangsa mempunyai perilaku, moral, dan akhlak yang baik. Untuk itu peran keluarga, sekolah dan masyarakat sangatlah penting agar dapat menciptakan generasi yang bermoral dan berakhlak mulia. Namun, saat ini ada banyak persoalan yang menghambat berkembangnya pendidikan karakter peserta didik di era 4.0, persoalan tersebut antara lain berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri (intern) maupun berasal dari luar (ekstern). Faktor intern diantaranya, naluri, kebiasaan, keturunan, keinginan atau kemauan keras, dan hati nurani. Sedangkan faktor ekstern diantaranya pergaulan bebas, adanya pengaruh gawai, pengaruh negatif televisi, pengaruh keluarga, dan pengaruh sekolah.
Daftar pustaka
Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21. Sipatahoenan, 4(1), 17--26
Iswan, & Herwina. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter Perspektif Islam dalam Era Millenial R.4.0. In Iswan & Herwina (Eds.), Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0. (pp. 21--42). Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Maemunah. (2018). Kebijakan Pendidikan pada Era Revolusi Industri 4.0. In Membangun Pendidikan yang Mandiri dan Berkualitas pada Era Revolusi Industri 4.0 (pp. 1--9). Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram Press.
Munir, M. A. (2017). Strategi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jurnal Madania, 12(2), 122--139.
Setiawan, D. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter di Era Global. In Pendidikan Karakter di Era Global (pp. 20--25). Medan: Universitas Negeri Medan Press.
Putri, D. P. (2018). Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital. Ar-Riayah, 2(1), 37--50.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H