“ Aku juga rindu kau, Ping, aku juga ingin kau tinggal di sini bersamaku,” Rico lalu mendekap tubuh Ping-Ping. Mereka lalu berpagut, hasrat manusia yang paling purba telah mengusai mereka. Dengusan, rintihan, jeritan kecil memenuhi ruang pendopo yang mungil itu. Sebuah erangan panjang mengakhiri pertempuran itu, keduanya terkulai dengan letih yang memuaskan.
Seperti biasa, paginya Rico dibuat bingung, tubuhnya telanjang, semua pakaiannya terhampar di lantai pendopo, ia segera masuk sebelum mbok Irah bangun. Rico tak habis pikir, bagaimana bisa, ia yang tidur semalam di kamar, berpindah ke pendopo itu, Apakah ia mengigau sambil berjalan? Tak ada jawaban di benaknya.
Sebuah ruangan di bank swasta di bilangan Sudirman. Berukuran cukup besar, terpisah dari pegawai lainnya. Meja kerja yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Sofa tamu gaya eropa yang empuk seperti hendak melahap pantat siapa saja yang mendudukinya, seorang wanita cantik yang selalu siap dengan senyum ramahnya, terlihat sibuk membereskan file-file di hadapan meja besar yang di tempati Rico.
Tiba-tiba telepon di meja sekretarinya bordering.
“ Hallo, maaf Mbak, ada tamu untuk pak Rico, boleh masuk gak, namanya pak Alex, katanya rumahnya pernah dibeli pak Rico?”
“ Oh, tunggu sebentar, aku taya pak Rico dulu!” Sekertarisnya menutup bagian bawah telepon dengan tangannya, lalu bertanya kepada Rico yang tengah serius membaca sebuah proposal kredit. “ Pak, ada tamu ingin bertemu Bapak, namanya pak Alex, katanya rumahnya pernah Bapak beli.”
“ Ya, silahkan saja, suruh dia menunggu di lobby, aku segera turun ke sana.” Rico lalu menutup proposal yang dibacanya, ia bangkit langsung turun ke lobby. Saat menuruni anak tangga Rico melihat seorang yag telah menunggunya di ruang tamu bank. “ Apa kabar,Pak Alex?” tanya Rico sambil menjabat tangan tamunya.
“ Baik, Pak Rico, bagaimana, betah tinggal di rumah saya?” jawab tamunya.
“ Wah , betah Pak, bahan saya berterima kasih karena Pak Alex telah menjual rumah itu kepada saya.”
“ Baguslah kalau begitu, tapi…kalau boleh saya hendak merepot Bapak lagi nih.” Tamunya bicara lagi.
“ Bicara saja Pak, kalau bisa saya pasti akan bantu anda.”