Mohon tunggu...
Hairul Haq
Hairul Haq Mohon Tunggu... Penulis -

Saya adalah anak Betawi asli. Hobi coret-coret kertas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rico

11 Mei 2016   08:04 Diperbarui: 11 Mei 2016   08:20 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Iya, Den,” jawab mbok Irah yang masih heran dengan sikap Rico pagi itu. Mungkin karena rumah baru ini si Rico jadi aneh begitu pikir mbok Irah.

Rico tidak langsung tidur di kamarnya. Ia duduk melamun di tepi tempat tidurnya. Ia masih memikirkan kejadian semalam. Pengalaman itu adalah pertama kalinya dia alami. Piping yang sangat cantik, dengan aroma bunga yang wangi dari tubuhnya, kebaya encim yang dipakainya, membuatnya tak bisa lupa. Bagaimana mungkin pertama kali bertemu seorang gadis bisa langsung menyerahkan tubuhnya. Tapi semua terasa indah, tak sedikit pun pandangan jelek tentang Ping-Ping terlintas di kepalanya. Namun dia tetap heran. Bagaimana Ping-Ping datang dan ke luar dari rumahnya. Apakah ia memanjat gerbang rumahnya? Pertanyaan itu lalu membuatnya tertidur.

Jam dua belas siang, Rico baru bangun dari tidurnya, ia duduk di teras rumah menatap pendopo di hadapannya. Ia masih mengingat kejadian semalam. Pendopo itu menjadi saksi petualangannya semalam bersama Ping-Ping. Ia mengharapkan hal itu bisa terulang lagi. Tiba-tiba Hand phone-nya berdering:

“ Ada apa Rico?! Sejak kemarin sore, hingga saat ini kau tak menelponku?” suara Esti di seberang sana.

“ Oh, maaf, aku letih, semalam pun aku tak bisa tidur, mungkin belum terbiasa di ramah ini,” jawab Rico.

“ Aku pikir, karena rumah itu kau melupakanku, hehe…” terdengar tawa Esti, “ Jangan lupa makan siang, sayang!” kata Esti penuh perhatian.

“ Iya, sayaaaang! Kaya ibuku saja, cerewet! Hahaha….”

“ Ya, sudah, terserah kamu! Kalau tak mau aku perhatikan!”

“ Hehehe… jangan marah ya!? Aku bercanda kok,” Rico mengakhiri percakapan itu.

Rico heran, sejak semalam ia sama sekali tak merindukan sosok Esti, biasanya, dua jam saja mereka tak berkumunikasi, rasa rindu akan datang menghampiri. Apa semua karena Ping-Ping? Pikir Rico. Ia kembali menatap pendopo itu, seakan ada Ping-Ping di sana. Ia ingin sekali mengulang kejadian malam itu. ” Ah, Ping-Ping…,”desah Rico.

Sudah hampir dua minggu Rico menempati rumah itu, selama itu pula ia selalu memikirkan tentang Ping-Ping dan memimpikannya. Produktifitasnya dalam bekerja jadi berkurang, juga perhatian kepada Esti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun