“ Kenapa, Rico? Sekarang sikapmu agak berubah padaku? Kau tampak tak lagi memperhatikanku!” ujar Esti pagi itu di teras rumah Rico.
“ Itu hanya perasaanmu saja, tak ada yang berubah pada diriku.” Rico menjawab ringan.
“ Tak berubah, katamu!?? Kau sudah makin jarang menelponku, tak pernah lagi megajakku untuk sekedar makan siang atau nonton bioskop. Kau bilang itu tak berubah?!!” sungut Esti.
“ Aku agak sibuk belakangan ini Esti, tugas di kantor sedang numpuk, “ dusta Rico.
“ Baiklah… kau bisa telpon aku kalau kau sudah tak sibuk lagi! Sekarang aku mau pulang! Selamat pagi!!” Esti langsung pergi meninggalkan Rico di teras itu.
“ Esti , Tunggu!” Rico coba menahan Esti, tapi perempuan itu tak berpaling lagi, masuk ke dalam mobil dan pergi dengan membawa kekesalan pada Rico.
***
Jam tujuh malam Rico sampai di rumahnya. Secangkir Capucino dan beberapa potong roti telah disiapkan mbok Irah di teras depan. Sejenak ia menikmati makanan itu. Tak lama kemudian ia masuk ke dalam untuk mandi dengan air hangat.
Rico mengenakan piamanya, pengaruh air hangat selagi ia mandi tadi, membuatnya cepat mengantuk dan tertidur. Ia larut dalam mimpinya, Ping-Ping hadir kembali di pendopo, menabur senyumnya yang Rico rindukan.
“ Ke mana saja kau Ping-Ping, aku pikir kau telah kembali ke Singkawang? Tanya Rico dalam mimpinya.
“ Aku tak bisa pulang Pak, sejak kejadian kemarin lalu, aku merasa inilah rumahku, aku merasa mendapat apa yang aku cari selama ini. Bolehkah aku tinggal di sini, Pak?”